Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Sultan HB X Berbicara soal Perempuan Dalam Regenerasi Keraton Yogyakarta

Kompas.com, 26 Oktober 2025, 17:21 WIB
Wisang Seto Pangaribowo,
Reni Susanti

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X mengungkapkan pentingnya regenerasi di tubuh Keraton Yogyakarta yang memungkinkan peran perempuan dalam kepemimpinan.

Pernyataan ini disampaikan dalam acara Dialog Kebangsaan Untuk Indonesia Damai yang berlangsung pada Minggu (26/10/2025) di Sasana Hinggil Dwi Abad, Kota Yogyakarta.

Acara tersebut dihadiri sejumlah tokoh nasional, termasuk Mahfud MD, Ahmad Dofiri, Basuki Hadimuljono, budayawan Butet Kertaredjasa, seniman Soimah, dan jurnalis senior Rossiana Sillalahi.

Baca juga: Sultan HB X: Menghadapi Demonstrasi Itu Kewajiban Saya, Jika Tak Muncul Justru Salah

Dalam dialog tersebut, Rossi mengajukan pertanyaan mengenai tingginya indeks demokrasi di DIY, meskipun pemerintahannya berbasis kerajaan atau feodal.

Sultan menjelaskan, Pemerintah DIY merupakan satu-satunya yang menerapkan reformasi kelurahan, dengan tujuan mendengarkan suara masyarakat desa.

"Kami ingin dengan reformasi di desa itu, tumbuh demokratisasi. Artinya apa? Masyarakat bukan sekadar diperintah, tapi menjadi subyek, bukan obyek pembangunan, tapi menjadi subyek pembangunan itu sendiri," ungkap Sultan.

Lebih lanjut, Sultan menekankan pentingnya mendengarkan suara masyarakat kecil, terutama petani.

"Masyarakat kecil petani itu didengar suaranya. Gitu. Maunya apa? Bukan kita, Gubernur, dianggap paling pintar? Ya, nggak. Kita juga belajar dari mereka," imbuhnya.

Baca juga: Harga Pangan di DIY Melonjak karena MBG, Sri Sultan: Otomatis Berpengaruh

Mengenai tingginya indeks demokrasi di DIY, Sultan menyatakan, ruang dialog dengan masyarakat telah dibuka.

"Jadi, kalau indeks demokrasi (tinggi), ruang-ruang itu memang dibuka, ya memang harus seperti itu," beber dia.

Sultan juga membahas soal regenerasi di Keraton Yogyakarta mengungkapkan, ia sempat berbicara di Mahkamah Konstitusi (MK) mengenai kemungkinan perempuan menjadi bagian dari regenerasi tersebut.

"Lho. Saya di MK untuk bicara, wanita menjadi bagian dari bisa dimungkinkan untuk regenerasi di Keraton Jogja? Kok, nggak boleh? Itu gimana? Karena, aturan itu di Keraton nggak ada," ujarnya.

Ia mengusulkan agar perempuan dapat berperan dalam regenerasi Keraton Yogyakarta, dengan tetap tunduk pada konstitusi Republik Indonesia yang tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan.

"Tapi, saya tunduk pada Republik. Republik tidak membedakan laki-laki sama perempuan. Kenapa saya membedakan? Kan saya tidak konsisten," tegas Sultan.

Sultan juga menyampaikan bahwa saat ini zaman sudah berubah, sehingga perempuan dimungkinkan untuk berkontribusi dalam regenerasi di Keraton Yogyakarta.

"Zaman sudah berubah, itu kan leluhur saya. Lho, saya kan menjadi bagian dari Republik. Ya harus tunduk pada undang-undang Republik," tambahnya.

"Terserah pandangan masyarakat saja, setuju tidak, keputusan yang lain mesti ada pro dan kontra itu saja. Tapi saya hanya menetapi pada konstitusi Republik Indonesia, saya kan hidup di Republik Indonesia itu saja tidak membedakan laki-laki atau perempuan itu saja," tambah Sultan saat diwawancarai awak media mengenai pemimpin perempuan di masa depan.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Penyu Lekang Terdampar Lemas di Pantai Glagah, Satlinmas: Kurus, Berenangnya Tak Normal
Penyu Lekang Terdampar Lemas di Pantai Glagah, Satlinmas: Kurus, Berenangnya Tak Normal
Yogyakarta
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau