Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

2 Kereta Pusaka Keraton Keluar Lagi Setelah 13 Tahun, Warnai Kirab Beksan Trunajaya di Yogyakarta

Kompas.com, 23 Oktober 2025, 10:13 WIB
Wisang Seto Pangaribowo,
Krisiandi

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Keraton Yogyakarta menggelar kirab Beksan Trunajaya pada Rabu (22/10/2025) sore.

Kirab dimulai dari gedung DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan berjalan menyusuri Jalan Malioboro menuju Keraton Yogyakarta.

Acara tersebut menjadi istimewa dengan keluarnya dua kereta milik Keraton Yogyakarta, yaitu Kereta Landower Surabaya dan Kereta Premili.

Kedua kereta ini sudah 13 tahun tidak ditampilkan ke publik, terakhir kali dikeluarkan dari Museum Wahanarata.

Baca juga: Keraton Yogyakarta Gelar Grebeg Maulud, Gunungan Brama Keluar 8 Tahun Sekali

Kirab Beksan Trunajaya juga berfungsi sebagai peringatan hari ulang tahun Raja Keraton Yogyakarta dalam penanggalan kalender Jawa.

“Jadi ini pertama kalinya (dua kereta Keraton) keluar kembali,” kata MB Ronggowaditro, Abdi Dalem Bagian Tridomartani yang bertanggung jawab atas acara ini, saat dihubungi pada Rabu (22/10/2025).

Ronggowaditro menjelaskan urutan kirab. Menurutnya, Kereta Landower Surabaya berada di depan, di mana Bupati Tumenggung sebagai sosok pimpinan Beksan Trunajaya.

“Landower di depan, di bagian akhir ada kereta Promili sebagai pengajar beksan,” ujarnya.

Kereta Promili dulunya digunakan untuk mengangkut penari putra dan putri dalam acara resmi Keraton Yogyakarta.

Kereta yang digunakan untuk kirab Brksan Trunajaya, Rabu (23/10/2025)KOMPAS.COM/WISANG SETO PANGARIBOWO Kereta yang digunakan untuk kirab Brksan Trunajaya, Rabu (23/10/2025)
Baca juga: Ritual Mahesa Lawung, Tradisi Keraton Surakarta untuk Menjaga Keseimbangan Alam

Acara kirab ini melibatkan sekitar 400 abdi dalem, seniman tradisi, dan prajurit.

Kirab dibagi menjadi tiga bagian, yaitu prosesi kirab budaya, upacara adat sugengan sebagai ungkapan rasa syukur, dan persembahan tari Beksan Trunajaya di Pagelaran Keraton.

Tarian klasik Beksan Trunajaya memiliki makna simbolis tentang kepahlawanan dan kesetiaan.

“Dibanding tahun lalu, kali ini lebih besar skalanya. Tahun lalu belum ada kereta kuda. Sekarang, selain dua kereta itu, jumlah parogo juga meningkat sekitar 72 orang,” tambahnya.

Reaksi penonton

Keraton Yogyakarta akan menggelar kirab Trunajaya pada Selasa (21/10/2025), menampilkan dua kereta pusaka bersejarah, Kereta Landower dan Premili, yang sudah lebih dari 10 tahun tidak dipertontonkan. Kedua kereta ditarik 4 kuda dan dikusiri keturunan kusir HB VIII.KOMPAS.COM/WISANG SETO PANGARIBOWO Keraton Yogyakarta akan menggelar kirab Trunajaya pada Selasa (21/10/2025), menampilkan dua kereta pusaka bersejarah, Kereta Landower dan Premili, yang sudah lebih dari 10 tahun tidak dipertontonkan. Kedua kereta ditarik 4 kuda dan dikusiri keturunan kusir HB VIII.
Salah satu penonton, Palupi, mengungkapkan bahwa banyak warga yang belum mengetahui informasi tentang kereta kuno milik Keraton Yogyakarta.

“Keretanya bagus. Tadi sempat ngobrol sama penonton lain, ternyata banyak yang tidak tahu kalau kereta itu kereta Pusaka Keraton Yogyakarta,” ujarnya.

Penonton lainnya, Dito, menambahkan bahwa kereta yang digunakan memiliki bentuk yang berbeda dibandingkan kereta kuda pada umumnya.

Baca juga: Ada Kirab Trunajaya Keraton Yogyakarta Besok, 2 Kereta Kuda Pusaka Bakal Keluar Setelah 10 Tahun

“Beda bentuknya, ternyata kereta punya Keraton. Perawatannya pasti ekstra, sampai sekarang masih bisa dipakai,” katanya.

Sebelumnya, Keraton Yogyakarta mengumumkan bahwa kirab Trunajaya akan menampilkan dua kereta pusaka bersejarah yang sudah lebih dari satu dekade tidak dipertontonkan ke publik.

Kepala Museum Wahanarata, RM Pradiptya Abikusno, menyebut bahwa momen ini sangat spesial karena terakhir kali kedua kereta digunakan saat Dhaup Ageng tahun 2013, yang merupakan pernikahan agung antara GKR Hayu dan KPH Notonegoro pada 23 Oktober 2013.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Penyu Lekang Terdampar Lemas di Pantai Glagah, Satlinmas: Kurus, Berenangnya Tak Normal
Penyu Lekang Terdampar Lemas di Pantai Glagah, Satlinmas: Kurus, Berenangnya Tak Normal
Yogyakarta
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau