Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Warga Hadapi Cuaca Panas Sleman yang Bisa Capai 34 Derajat Celcius

Kompas.com, 15 Oktober 2025, 17:03 WIB
Wisang Seto Pangaribowo,
Krisiandi

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Beberapa hari terakhir, cuaca panas melanda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat bahwa Senin, 13 Oktober 2025, merupakan hari terpanas di DIY.

Kepala Stasiun Meteorologi BMKG Yogyakarta, Warjono, menjelaskan bahwa pada Senin, 15 Oktober 2025, DIY mengalami kulminasi atau hari tanpa bayangan.

Data dari BMKG Yogyakarta menunjukkan bahwa Kabupaten Bantul menjadi daerah terpanas dengan suhu mencapai 37,00 derajat Celsius, diikuti oleh Kota Yogyakarta dengan 35,52 derajat Celsius, Kabupaten Sleman 34,62 derajat Celsius, Wonosari di Kabupaten Gunungkidul 33,53 derajat Celsius, dan Kecamatan Wates di Kabupaten Kulon Progo 32,22 derajat Celsius.

Baca juga: Panas Ekstrem di Semarang, Warga Pilih Jemur Pakaian di Dalam Rumah

“Tanggal 13 Oktober 2025 kemarin, merupakan hari tanpa bayangan atau kulminasi maksimum yang terjadi di wilayah Yogyakarta,” ujar Warjono saat dikonfirmasi melalui pesan singkat pada Rabu, 15 Oktober 2025.

Ia menambahkan bahwa suhu maksimum harian biasanya meningkat di sekitar puncak kulminasi, karena radiasi matahari jatuh tegak lurus ke permukaan bumi, sehingga meningkatkan intensitas panas yang diterima.

Cari Coffee Shop

Warga Maguwoharjo, Kabupaten Sleman, Riena, mengaku merasakan suhu panas di Yogyakarta sejak Minggu (12/10/2025).

Menurutnya, suhu panas tidak hanya dirasakan saat siang hari, tetapi juga pada malam hari, sehingga ia terpaksa menghidupkan kipas angin saat tidur.

"Kipasku menyala sampai malam. Sama ya cari tempat adem, paling cari coffee shop,” ucapnya.

Warga lainnya, Ekawati, juga merasakan suhu yang lebih panas pada hari Selasa dibandingkan hari sebelumnya.


Ia mengaku sudah merasakan suhu panas sejak Minggu lalu.

“Kalau keluar pakai kaus tangan, jaket, masker kalau di jalan,” ujarnya.

Di dalam ruangan, Ekawati memilih untuk memperbanyak konsumsi air putih dan mengonsumsi buah-buahan yang banyak mengandung air.

“Kalau di dalam ruangan banyak minum air putih dan mengkonsumsi buah kaya, semangka, dan melon,” tambahnya.

Sebelumnya, banyak pengguna media sosial X (Twitter) mengeluhkan suhu udara yang semakin panas dan cuaca yang sangat terik di berbagai daerah.

Baca juga: Suhu Panas Landa Sejumlah Wilayah Indonesia, BMKG Ungkap Penyebabnya

Fenomena ini memicu pertanyaan mengenai penyebab cuaca panas di Indonesia belakangan ini.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan bahwa suhu panas yang dirasakan sejak pagi hingga malam hari disebabkan oleh masa peralihan musim atau pancaroba.

“Beberapa wilayah Indonesia belakangan ini mengalami suhu udara yang terasa lebih terik, bahkan di pagi dan malam hari. Fenomena ini erat kaitannya dengan masa peralihan musim atau pancaroba, dari kemarau menuju musim hujan,” ujar Guswanto kepada Kompas.com pada Senin.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau