YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Kabupaten Bantul, sebagai wilayah hilir Kali Code, kerap dikirimi "hadiah" berupa tumpukan sampah yang terbawa arus dari daerah utara, terutama Sleman dan Kota Yogyakarta.
Bupati Bantul Abdul Halim Muslih menyebut, masalah ini perlu diselesaikan secara kolaboratif.
"Kalau dari hulu dicegat hilirnya sini (Bantul) akan bersih," kata Halim, yang mengaku sudah berkoordinasi dengan kedua wilayah tersebut untuk mencegah perilaku pembuangan sampah di sungai.
Baca juga: Siska Nirmala: Kisah Sukses Toko Nol Sampah di Bandung
Sungai yang melintas dari Sleman, Kota Yogyakarta, bermuara di Bantul, sering dimanfaatkan untuk pertanian dan perikanan.
Bahkan hal ini sering menimbulkan bencana banjir yang merugikan masyarakat sekitarnya. Salah satunya di Padukuhan Bibis, KalurahanTimbulharjo, Kapanewon Sewon, Bantul.
"Sungai Code ini jika meluap bisa sampai ke pemukiman warga, apalagi kan ini memasuki musim hujan. Karena kondisi sampah menghambat aliran sungai," kata Dukuh Bibis, Muhammad Irvan ditemui disela pembersih Kali Code, Rabu (15/10/2025).
Dikatakannya, Kali Code dan Winongo memiliki nilai sejarah tinggi karena pendirian Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat berdiri di antara tengah sungai itu.
"Kalau tidak diperhatikan ya sumber kehidupan kita yang akan terdampak," kata dia.
Pihaknya mengajak masyarakat termasuk generasi muda untuk ikut menjaga sungai. Juga dilakukan edukasi agar tidak membuang sampah, karena sungai merupakan salah satu sumber kehidupan masyarakat.
"Hari ini kita dari warga, santri, pelajar hingga relawan dengan jumlah sekitar 350 orang yang melakukan pembersihan Kali Code," ucap dia.
Irvan menyebut kegiatan pembersihan sungai dan lingkungan akan terus dilakukan secara berkala. Sehingga Bantul bebas sampah.
"Kegiatan seperti ini untuk menggugah kesadaran warga agar tidak membuang sampah ke sungai, aliran air apapun. Kedepannya kita lakukan pembersihan sungai secara berkala," kata dia.
Bupati Bantul Abdul Halim Muslih mengatakan pembersihan sampah di Kali Code yang melintas di Padukuhan Bibis menjadi sebuah penanda Bantul memiliki komitmen yang tinggi soal sampah.
"Menyelesaikan sampah itu kalau ada perubahan budaya secara masif salah satunya membersihkan sungai seperti ini," kata dia.
Namun demikian, pembersihan aliran sungai ini harus didukung semua pihak termasuk Sleman, dan Kota Yogyakarta. Sebab, banyak sampah yang terbawa arus sungai berhenti di Bantul.
"Bukan hanya dari pembuangan di Bantul tetapi juga pembuangan di daerah utara Bantul, misalnya Sleman, Kota Yogyakarta," kata Halim.
Diakuinya dirinya sudah beberapa kali melakukan koordinasi dengan Kota Yogyakarta, dan Kabupaten Sleman. Hal ini untuk mencegah perilaku pembuangan sampah di Sungai.
"Saya sampaikan kepada beliau-beliau, bahwa pembuangan sampah di Sungai Code, Kota (Yogyakarta) atau Sungai Oya di Sleman itu akan berdampak pada tersebarnya sampah di Bantul," ucap dia.
Baca juga: Warga Bisa Buang Sampah Besar Gratis, Berikut Daftar Barangnya
Jika kedepan, kedua wilayah itu sudah bebas warga membuang sampah di Sungai maka bumi Projo Tamansari akan berkurang dampaknya.
"Kalau dari hulu dicegat, hilirnya sini (Bantul) akan bersih," kata Halim.
Komitmen Bantul untuk mengelola sampah sudah dilakukan. Mulai dari membangun sarana dan prasarana terkait instalasi pengolahan sampah.
Selain itu, lanjut Halim ASN di Bantul untuk membuat biopori. Biopori digunakan untuk membuang sampah organik.
"Kalau instalasi pengolahan sampah dan dibarengi dengan budaya bersih sampah insyaallah itu selesai," kata dia.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang