YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Di tengah masifnya pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG), Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Wonosari di Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menjadi contoh keberhasilan dalam menjaga kualitas dan higienitas pangan.
SPPG Wonosari kini menjadi satu-satunya dari belasan SPPG yang beroperasi di Gunungkidul yang sudah memiliki Sertifikat Laik Higiene dan Sanitasi (SLHS) dari Dinas Kesehatan.
Sertifikat ini wajib dimiliki setelah adanya koordinasi dengan Menteri Dalam Negeri, Menteri Kesehatan, dan Badan Gizi Nasional (BGN).
Baca juga: SPPG di Bangkalan Diberi Waktu Sebulan Urus SLHS jika Ingin Tetap Beroperasi
Kepala SPPG Wonosari, Hyndun Astry, mengungkapkan bahwa kunci utama keamanan makanan adalah penerapan praktik ketat, termasuk menghindari penyimpanan bahan baku hewani.
"Sebelum running (beroperasi) pada 17 Februari 2025 kemarin, kita mendapatkan pendampingan dari Dinas Kesehatan Gunungkidul mulai dari IKL (inspeksi kesehatan lingkungan), uji lab air, dan lain sebagainya," kata Hyndun Astry saat ditemui di kantornya, Selasa (7/10/2025).
Selama delapan bulan beroperasi, pengelolaan SPPG yang melayani 2.847 siswa dari enam sekolah di sekitar Kota Wonosari ini masih lancar dan belum menemui kendala berarti. Konsistensi dalam menjaga makanan tetap aman menjadi salah satu kuncinya.
Hyndun menjelaskan, proses memasak dan packing makanan dilakukan secara berdampingan dan bertahap, disesuaikan dengan jadwal pengiriman sekolah untuk menjamin kesegaran.
"Salah satu (kunci) makanan aman, pengiriman bertahap, tidak dalam satu waktu. Misal SD jam 08.30 WIB, SMP jam 09.30 WIB, jadi kita masaknya bertahap juga, jadi tidak langsung jadi," jelas Hyndun
Ia menambahkan, "makanan yang dikirim ke sekolah itu belum lama masaknya."
Untuk memastikan bahan baku segar, ada petugas pemantau yang datang. Bahan-bahan seperti buah dan sayuran disortir, sedangkan bahan hewani didatangkan sesaat sebelum dimasak.
"Makanan hewani dikirim di pagi hari. Misal mau masak ayam pada distribusi hari Senin, nah ayamnya dikirim hari Senin pagi. Jadi di sini tidak ada proses penyimpanan. Barang datang langsung dimasak," tegasnya.
Baca juga: Hasil Lab Keracunan MBG di Gunungkidul: Ditemukan Bakteri dan Jamur
Dalam upaya mengantisipasi hal yang tidak diinginkan, pihak SPPG Wonosari memilih menggunakan air galon untuk memasak, meskipun air sumur sudah melalui uji lab.
"Mau pakai airnya (sumur) buat masak takutnya gimana-gimana gitu, kita juga sudah cek juga. Dinkes juga bilang bisa digunakan tetapi harus sampai benar-benar mendidih," ucap Hyndun.
"Kita khawatir juga kalau tetap gunakan air sumur. Kita tetap gunakan air galon buat masak, dan mencuci bilasan terakhir menggunakan air galon. Sehari bisa 30 galon, buat masak nasi, sayur dan sebagainya."
Untuk menjaga sanitasi, SPPG Wonosari telah dilengkapi dengan IPAL, tempat cuci tangan, dan mewajibkan penggunaan sandal khusus bagi 50 karyawan yang bertugas.