KULON PROGO, KOMPAS.com – Pemerintah Kabupaten Kulon Progo resmi meluncurkan layanan transportasi sekolah gratis bagi siswa berkebutuhan khusus melalui program Transigrak (Transportasi Inklusif Gratis Ramah Anak Sekolah).
Layanan ini bertujuan untuk membantu pelajar difabel yang selama ini mengalami kesulitan akses menuju sekolah.
Kepala Seksi Angkutan Dinas Perhubungan Kulon Progo, Tedjo Priyono, menjelaskan bahwa layanan ini dioperasikan menggunakan satu unit minibus yang merupakan bantuan dari Kementerian Perhubungan RI.
Baca juga: Truk Terguling Saat Parkir Mundur di Kulon Progo, Satu Penumpang Tewas
"Transigrak ini memang kami sediakan untuk adik-adik kita yang difabel. Banyak dari mereka yang sering telat atau bahkan tidak masuk sekolah karena kesulitan transportasi," ungkapnya saat ditemui dalam uji coba operasional layanan, Senin (29/9/2025).
Minibus Isuzu Elf yang digunakan memiliki kapasitas 20 penumpang dan pada tahap awal, layanan ini hanya menjangkau SLB Negeri 1 Kulon Progo di Kapanewon Panjatan.
Layanan beroperasi dari dua rute utama, yaitu dari wilayah Congot di Kalurahan Jangkaran, Kapanewon Temon, dimulai pukul 06.00 WIB setiap pagi, dan dijadwalkan kembali setelah shalat Zuhur.
Tedjo menyatakan bahwa antusiasme masyarakat terlihat pada hari pertama uji coba. "Satu sekolah saja sudah ada hampir 20 anak yang ikut. Sementara mobil hanya satu, jadi kami masih evaluasi terus soal rute, jadwal, dan kebutuhan tambahan ke depan," katanya.
Dinas Perhubungan Kulon Progo juga aktif berkoordinasi dengan orangtua siswa melalui grup WhatsApp untuk menjaga komunikasi dan membangun kepercayaan.
Baca juga: Warga Miskin Kulon Progo Awalnya Senang Anak Dapat MBG, Kini Khawatir Keracunan dan Tak Punya BPJS
Beberapa orang tua bahkan mendampingi anak-anak mereka dalam perjalanan untuk menumbuhkan rasa percaya terhadap layanan pemerintah ini.
Tedjo menambahkan bahwa pihaknya mendorong kru Transigrak untuk belajar bahasa isyarat guna mempermudah komunikasi dengan siswa disabilitas.
"Sudah ada kru kami yang mulai bisa, meskipun masih proses belajar. Kami ingin mereka merasa nyaman, aman, dan benar-benar dilayani secara inklusif," tuturnya.
Pemerintah menargetkan agar layanan ini dapat berjalan secara resmi mulai 1 Oktober 2025, dengan rencana untuk memperluas jangkauan ke SLB lain, termasuk sekolah swasta, jika ada penambahan armada dari pemerintah pusat.
Sejumlah orangtua siswa mengaku sangat terbantu dengan adanya layanan transportasi gratis ini.
Lis Rohayati, salah satu orang tua asal Kalurahan Hargomulyo, Kokap, mengungkapkan bahwa ia harus mengeluarkan biaya transportasi yang cukup besar untuk mengantar anaknya yang berusia 10 tahun dan mengalami disabilitas rungu.
Baca juga: Jembatan Pandansimo Dibuka Hari Ini, Hubungkan Bantul dan Kulon Progo
"Kalau lancar, naik angkutan desa Rp 10.000 sekali jalan. Tapi kalau tidak ada, kadang harus pakai ojek online sampai Rp 25.000 sekali jalan. Sekarang dengan bus gratis ini, pengeluaran bisa ditekan, anak pun aman, tidak telat. Kami sangat terbantu," kata Lis.
Siti Junaidah, warga Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, juga merasakan manfaat dari program ini.
Ia biasa mengantar anaknya menggunakan motor dan harus menganggarkan Rp10.000–Rp15.000 setiap hari untuk bahan bakar. "Kalau bisa diteruskan terus programnya. Saya lihat hari ini lancar, anaknya juga senang. Pulangnya pun dijemput di titik yang sama," ungkap Siti.
Dengan adanya layanan ini, diharapkan akses pendidikan bagi anak-anak disabilitas di Kulon Progo dapat semakin terbuka dan inklusif.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang