YOGYAKARTA, KOMPAS.com – Para murid Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 20 Kabupaten Sleman disebut mulai merasa betah tinggal di asrama. Bahkan, berat badan mereka mengalami peningkatan sejak tinggal di lingkungan sekolah berasrama itu.
Kepala SMA Sekolah Rakyat 20 Sleman, Reti Sudarsih, menyebut para murid sudah nyaman menjalani keseharian.
“Kalau sejauh ini sih sudah kerasan ya. Tadi barusan melaksanakan pemilihan ketua OSIS. Semua berjalan baik-baik saja, sudah kerasan,” kata Reti saat dihubungi, Selasa (19/8/2025).
Baca juga: Kisah Rahmad dan Agustina, Murid Sekolah Rakyat Samarinda yang Kembali Punya Harapan
Reti menuturkan, berat badan para murid naik karena pola makan mereka lebih teratur. Di asrama, murid mendapat makan tiga kali sehari ditambah snack dua kali, serta susu dua kali dalam seminggu.
“Ya karena makan tiga kali, snack dua kali. Terus seminggu dua kali ada tambahan susu, itu kan anak-anak juga dari segi berat badan meningkat, terus tingginya ya lumayan sitik-sitik (sedikit-sedikit) nambah,” ungkapnya.
Ia memastikan kebutuhan gizi murid terjamin. Jika ada yang sakit, pihak sekolah langsung membawa mereka ke puskesmas untuk mendapat perawatan.
“Kalau sakit rata-rata di sini itu masalah gigi. Jadi mungkin juga kurang dirawat atau gimana jadi kayak ada yang harus dicabut. Ada juga anemia terutama yang perempuan, sudah dikonsultasikan ke puskesmas,” ucapnya.
Baca juga: Siswa Sekolah Rakyat Dapat Jas Almamater dan Baret Merah, Mensos: Biar Kelihatan Gagah
Menurut Reti, sarana prasarana di asrama cukup lengkap, termasuk fasilitas kamar ber-AC. Namun, sebagian murid masih memilih tidak menyalakan AC karena merasa kedinginan.
“Mereka sudah terbiasa menggunakan fasilitas yang ada, mungkin yang masih belum bisa banget itu AC. Jadi ada juga kamar yang tidak pernah menghidupkan AC karena ya kalau pakai AC kan kedinginan. Tapi ada juga yang mulai memakai AC tapi suhu tetap disesuaikan,” bebernya.
Reti menambahkan, jumlah murid Sekolah Rakyat 20 Sleman saat ini tetap 75 orang, terdiri dari 27 laki-laki dan 48 perempuan. Sementara jumlah guru bertambah menjadi 20 orang dari sebelumnya 16.
“Ada tambahan 4 guru. Sekarang total 20 guru. Lebih dari ideal, karena mapel hanya 16 mapel dan untuk rombel juga hanya 3,” pungkasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang