Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Makna Podhang Ngisep Sari, Filosofi di Balik Umbul-umbul Khas Gunungkidul

Kompas.com, 5 Agustus 2025, 18:39 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Memasuki bulan kemerdekaan, jalanan di Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta, dihiasi oleh umbul-umbul kuning-merah yang khas bernama Podhang Ngisep Sari.

Lebih dari sekadar dekorasi, umbul-umbul ini adalah sebuah simbol kearifan lokal yang sarat akan makna filosofis dan sejarah panjang bagi masyarakat Gunungkidul.

Keberadaannya yang berkibar berdampingan dengan bendera Merah Putih setiap bulan Agustus, saat bersih desa (rasulan), atau perayaan hari jadi kabupaten, telah menjadi identitas visual yang kuat.

"Iya itu kearifan lokal," kata Wakil Bupati Gunungkidul, Joko Parwoto, saat ditemui di Nglipar, Selasa (5/8/2025).

Baca juga: Bukan One Piece, Ini yang Mendampingi Bendera Merah Putih di Gunungkidul

Kepala Kesbangpol Kabupaten Gunungkidul, Johan Eko Sudarto, menegaskan bahwa Podhang Ngisep Sari memiliki status yang berbeda dengan bendera.

"Itu umbul-umbul bukan bendera. Umbul-umbul warna merah dan kuning yang namanya Podhang Ngisep Sari," kata Johan. "Sesuai identitas Gunungkidul dan Podhang Ngisep Sari memang dipasang dalam perayaan tertentu," tambahnya.

Sejarah Podhang Ngisep Sari: dari Panji Kraton Menjadi Umbul-umbul

Sebelum dikenal dalam bentuk umbul-umbul vertikal seperti sekarang, simbol ini memiliki wujud yang berbeda.

Kepala Kundho Kabudayan (Dinas Kebudayaan) Gunungkidul, Agus Mantara, menjelaskan bahwa Podhang Ngisep Sari pada awalnya adalah sebuah panji atau bendera.

"Awalnya panji dalam perkembangannya, dirubah menjadi umbul-umbul pada tahun 1982," kata Agus Mantara.

Menurutnya, panji ini merupakan simbol eksistensi Kesultanan Ngayogyokarto Hadiningrat di wilayah Gunungkidul.

Selain itu, panji dengan latar kuning dan lingkaran merah di tengahnya ini juga berfungsi sebagai sandi dalam komunikasi pada masa lampau. Perubahan bentuk menjadi umbul-umbul pada tahun 1982 ditujukan untuk memudahkan pemahaman masyarakat luas.

Baca juga: Apa Makna Bendera Merah Putih? Ini Filosofi Mendalam di Baliknya

Makna Filosofis Podhang Ngisep Sari

Secara harfiah, nama 'Podhang Ngisep Sari' berasal dari tiga kata dalam bahasa Jawa yang menggambarkan seekor burung Kepodhang (Podhang) yang sedang menghisap (Ngisep) madu bunga (Sari). Namun, di balik gambaran alamiah itu, terkandung ajaran luhur.

Agus Mantara menyimpulkan makna utamanya secara singkat. "Secara filosofi podhang Ngisep sari adalah semangat membangun (daerah)," kata Agus.

Dikutip dari situs gunungkidulkab.go.id, jika diuraikan lebih dalam, filosofi ini memiliki tiga komponen utama:

  • Podhang: Burung Kepodhang menjadi lambang dari seluruh lapisan masyarakat Kabupaten Gunungkidul.
  • Sari: Madu bunga yang berharga merupakan perumpamaan dari segenap potensi alam yang dimiliki Gunungkidul, mulai dari flora, fauna, hingga bentang alamnya.
  • Ngisep: Aktivitas menghisap madu ditafsirkan sebagai upaya masyarakat untuk memanfaatkan potensi tersebut secara bijaksana, yakni tanpa merusak lingkungan dan justru menciptakan hubungan yang saling menguntungkan.

Dengan demikian, Podhang Ngisep Sari bukanlah sekadar simbol visual.

Ia adalah pedoman hidup, sebuah pengingat bagi masyarakat Gunungkidul untuk terus membangun daerahnya dengan cara mengambil manfaat dari kekayaan alam secara arif dan berkelanjutan demi kesejahteraan bersama.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau