Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Yustina Wardani, dari Kader Posyandu hingga Dampingi ODPP di Desanya (Bagian 1)

Kompas.com, 23 April 2025, 09:23 WIB
Wijaya Kusuma,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

"Kita berjalan tiga tahun, anak saya waktu itu kelas 1 SMA. Saya sudah dipersiapkan sama Allah. Kita kerap banget ke (RSJ) Grhasia (di Pakem, Sleman) mengantarkan siapa-siapa sampai saya di sana dikenal. Ternyata ini Allah mempersiapkan anak saya untuk masuk ke sana nantinya," ungkap Dani.

Sembari mendampingi anaknya, Dani tidak meninggalkan perannya sebagai koordinator kesehatan jiwa.

Meskipun menghadapi tantangan yang berat sebagai seorang ibu, Dani tetap berkomitmen pada tugasnya. Ia sering kali menangis saat pergi ke Puskesmas untuk berkonsultasi dengan psikolog.

"Saya setiap kali ke Puskesmas, saya nangis. Saya cerita. Nah itu menjadi saya kuat. Dan kita itu memang membutuhkan Psikolog, siapapun," ujarnya.

Baca juga: Kisah Devi, Kartini yang Mengaspal Demi Nafkahi Keluarga

Kelompok Swabantu Luhur Jiwo: Mendirikan Harapan Baru untuk ODPP

Pada tahun 2016, Pusat Rehabilitasi YAKKUM meluncurkan program pendampingan untuk Orang Dengan Disabilitas Psikososial Skizofrenia.

Puskesmas Godean 1 di Sidoluhur dipercaya untuk menjalankan program tersebut.

Dani dan para kader lainnya langsung mengambil langkah untuk memulai program ini.

"Dari Dinas Kesehatan Sleman menunjuk Puskesmas Godean 1, otomatis kita ikut dan kita ditawari, oke saya bilang gitu. Saking senengnya, karena saya juga punya anak, kemudian saya nanti juga bisa mengembangkan anak dan yang lain-lainya," ungkapnya.

Dani bersama kader yang lain lantas bertemu dengan pihak kalurahan untuk kembali meminta izin. Kalurahan pun menyambut dengan baik program tersebut.

Kemudian kader bersama Puskesmas memulai program tersebut dengan melakukan pendataan di wilayah Kalurahan Sidoluhur.

"Kita pertemuan kader dulu, di situ kita mendata semuanya berkolaborasi dengan Puskesmas dan data disinkronkan. Ternyata jumlah kita ada 48 dari kalurahan ini, yang laki-laki ada 22, yang perempuan ada 26," ucapnya.

Jumlah 48 tersebut menurut Dani yang terbanyak dibandingkan kalurahan lainya. Penyebab gangguan kejiwaan mereka mulai dari ada masalah ekonomi, jatuh hingga putus cinta.

Dani bersama para kader lainya lantas melakukan pendekatan kepada keluarga-keluarga berdasarkan data yang didapat tersebut untuk mengajak mengikuti kegiatan di kalurahan.

Tidak semulus yang diharapkan, Dani dan para kader pun sempat ditolak oleh keluarga. Ada berbagai alasan mulai dari merasa malu hingga tidak mau jika hanya menjadi objek pendataan.

Namun dengan sabar Dani bersama kader menjelaskan jika kedatangan mereka untuk mengajak anggota keluarganya yang ODPP berkegiatan.

Baca juga: Kisah Turisem, Kartini Masa Kini yang Sambung Hidup dan Penuhi Pendidikan Anak Lewat Nasi Uduk...

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya
Penyu Lekang Terdampar Lemas di Pantai Glagah, Satlinmas: Kurus, Berenangnya Tak Normal
Penyu Lekang Terdampar Lemas di Pantai Glagah, Satlinmas: Kurus, Berenangnya Tak Normal
Yogyakarta
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau