"Kita berjalan tiga tahun, anak saya waktu itu kelas 1 SMA. Saya sudah dipersiapkan sama Allah. Kita kerap banget ke (RSJ) Grhasia (di Pakem, Sleman) mengantarkan siapa-siapa sampai saya di sana dikenal. Ternyata ini Allah mempersiapkan anak saya untuk masuk ke sana nantinya," ungkap Dani.
Sembari mendampingi anaknya, Dani tidak meninggalkan perannya sebagai koordinator kesehatan jiwa.
Meskipun menghadapi tantangan yang berat sebagai seorang ibu, Dani tetap berkomitmen pada tugasnya. Ia sering kali menangis saat pergi ke Puskesmas untuk berkonsultasi dengan psikolog.
"Saya setiap kali ke Puskesmas, saya nangis. Saya cerita. Nah itu menjadi saya kuat. Dan kita itu memang membutuhkan Psikolog, siapapun," ujarnya.
Baca juga: Kisah Devi, Kartini yang Mengaspal Demi Nafkahi Keluarga
Pada tahun 2016, Pusat Rehabilitasi YAKKUM meluncurkan program pendampingan untuk Orang Dengan Disabilitas Psikososial Skizofrenia.
Puskesmas Godean 1 di Sidoluhur dipercaya untuk menjalankan program tersebut.
Dani dan para kader lainnya langsung mengambil langkah untuk memulai program ini.
"Dari Dinas Kesehatan Sleman menunjuk Puskesmas Godean 1, otomatis kita ikut dan kita ditawari, oke saya bilang gitu. Saking senengnya, karena saya juga punya anak, kemudian saya nanti juga bisa mengembangkan anak dan yang lain-lainya," ungkapnya.
Dani bersama kader yang lain lantas bertemu dengan pihak kalurahan untuk kembali meminta izin. Kalurahan pun menyambut dengan baik program tersebut.
Kemudian kader bersama Puskesmas memulai program tersebut dengan melakukan pendataan di wilayah Kalurahan Sidoluhur.
"Kita pertemuan kader dulu, di situ kita mendata semuanya berkolaborasi dengan Puskesmas dan data disinkronkan. Ternyata jumlah kita ada 48 dari kalurahan ini, yang laki-laki ada 22, yang perempuan ada 26," ucapnya.
Jumlah 48 tersebut menurut Dani yang terbanyak dibandingkan kalurahan lainya. Penyebab gangguan kejiwaan mereka mulai dari ada masalah ekonomi, jatuh hingga putus cinta.
Dani bersama para kader lainya lantas melakukan pendekatan kepada keluarga-keluarga berdasarkan data yang didapat tersebut untuk mengajak mengikuti kegiatan di kalurahan.
Tidak semulus yang diharapkan, Dani dan para kader pun sempat ditolak oleh keluarga. Ada berbagai alasan mulai dari merasa malu hingga tidak mau jika hanya menjadi objek pendataan.
Namun dengan sabar Dani bersama kader menjelaskan jika kedatangan mereka untuk mengajak anggota keluarganya yang ODPP berkegiatan.
Baca juga: Kisah Turisem, Kartini Masa Kini yang Sambung Hidup dan Penuhi Pendidikan Anak Lewat Nasi Uduk...