YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Balai Taman Nasional Gunung Merapi berhasil menemukan satu orang lagi yang melakukan aktivitas pendakian Gunung Merapi secara ilegal.
Satu orang pendaki ilegal ini merupakan alumni salah satu perguruan tinggi di Surakarta.
Baca juga: 20 Pendaki Ilegal Gunung Merapi Menangis Saat Petugas Hubungi Orangtua
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Merapi, Muhammad Wahyudi mengatakan, pada 14 April 2025 ini memanggil seseorang inisial NS yang merupakan alumni UIN Raden Mas Said, Surakarta.
"Dia yang mengupload (mendaki Gunung Merapi). Kami mencari melalui beberapa teman yang mempunyai peralatan khusus yang bisa membantu," ujar Wahyudi dalam jumpa pers di kantornya, Senin (14/04/2025).
Wahyudi menyampaikan, pihaknya sudah datang ke UIN Raden Mas Said, Surakarta untuk menyerahkan surat.
Saat datang ke kampus tersebut, diketahui yang bersangkutan selama kuliah mengikuti organisasi Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala).
"Kita sudah ke universitas hari Jumat, kirim surat dan ternyata dia anggota Mapala dan sekarang dia Mapala senior karena sudah lulus," urainya.
Hal tersebut pun membuat Wahyudi heran.
Pasalnya, sebagai seorang Mapala, seharusnya NS mengerti tentang aturan aktivitas Gunung Merapi ditutup, tetapi tetap nekat mendaki ilegal.
"Nah ini kan sebetulnya menjadi kan kita sedikit bingung, dia seorang Mapala yang seharusnya mengerti aturan kok malah demikian. Kan ini menjadi ironi bagi kita," ucapnya.
Wahyudi menuturkan, pihaknya masih akan terus mendalami terkait dengan motif NS nekat mendaki Gunung Merapi secara ilegal.
Setelah selesai pemeriksaan, nantinya akan diberikan sanksi terhadap yang bersangkutan.
"Risiko paling tinggi mungkin kita akan blacklist karena dia anggota Mapala, senior lagi yang sudah lulus, tahu aturan," tuturnya.
Wahyudi mengungkapkan, saat ini Balai Taman Nasional Gunung Merapi sedang menyiapkan surat.
Nantinya surat ini akan dikirimkan ke sekretariat Mapala yang ada di Indonesia.
Baca juga: Nekat Mendaki Merapi yang Masih Ditutup, 20 Pendaki Ditangkap dan Pasti Akan Disanksi
"Kami saat ini sedang menyiapkan surat untuk kami menyurati seluruh Mapala se Indonesia ini untuk memberitahukan terkait kegiatan pendakian di Merapi saat ini masih ditutup," ucapnya.
Dikatakan Wahyudi, peran pembina Mapala dan kampus sangat penting untuk menyadarkan para mahasiswa agar mematuhi peraturan-peraturan yang ada.
"Dan kita minta pembina Mapala maupun pihak kampus membantu kami untuk menyadarkan untuk tidak melanggar norma-norma yang sudah ditetapkan. Saya rasa peran kampus itu penting, peran pembina juga penting untuk bisa mengingatkan kembali adik-adik Mapala kita," pungkasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang