Salin Artikel

Salah Satu Pendaki Ilegal Gunung Merapi Mapala Senior, Terancam di-"Blacklist"

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Balai Taman Nasional Gunung Merapi berhasil menemukan satu orang lagi yang melakukan aktivitas pendakian Gunung Merapi secara ilegal.

Satu orang pendaki ilegal ini merupakan alumni salah satu perguruan tinggi di Surakarta.

Kepala Balai Taman Nasional Gunung Merapi, Muhammad Wahyudi mengatakan, pada 14 April 2025 ini memanggil seseorang inisial NS yang merupakan alumni UIN Raden Mas Said, Surakarta.

"Dia yang mengupload (mendaki Gunung Merapi). Kami mencari melalui beberapa teman yang mempunyai peralatan khusus yang bisa membantu," ujar Wahyudi dalam jumpa pers di kantornya, Senin (14/04/2025).

Wahyudi menyampaikan, pihaknya sudah datang ke UIN Raden Mas Said, Surakarta untuk menyerahkan surat.

Saat datang ke kampus tersebut, diketahui yang bersangkutan selama kuliah mengikuti organisasi Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala).

"Kita sudah ke universitas hari Jumat, kirim surat dan ternyata dia anggota Mapala dan sekarang dia Mapala senior karena sudah lulus," urainya.

Hal tersebut pun membuat Wahyudi heran.

Pasalnya, sebagai seorang Mapala, seharusnya NS mengerti tentang aturan aktivitas Gunung Merapi ditutup, tetapi tetap nekat mendaki ilegal.

 "Nah ini kan sebetulnya menjadi kan kita sedikit bingung, dia seorang Mapala yang seharusnya mengerti aturan kok malah demikian. Kan ini menjadi ironi bagi kita," ucapnya.

Wahyudi menuturkan, pihaknya masih akan terus mendalami terkait dengan motif NS nekat mendaki Gunung Merapi secara ilegal.

Setelah selesai pemeriksaan, nantinya akan diberikan sanksi terhadap yang bersangkutan.

"Risiko paling tinggi mungkin kita akan blacklist karena dia anggota Mapala, senior lagi yang sudah lulus, tahu aturan," tuturnya.

Wahyudi mengungkapkan, saat ini Balai Taman Nasional Gunung Merapi sedang menyiapkan surat.

Nantinya surat ini akan dikirimkan ke sekretariat Mapala yang ada di Indonesia.

"Kami saat ini sedang menyiapkan surat untuk kami menyurati seluruh Mapala se Indonesia ini untuk memberitahukan terkait kegiatan pendakian di Merapi saat ini masih ditutup," ucapnya.

Dikatakan Wahyudi, peran pembina Mapala dan kampus sangat penting untuk menyadarkan para mahasiswa agar mematuhi peraturan-peraturan yang ada.

"Dan kita minta pembina Mapala maupun pihak kampus membantu kami untuk menyadarkan untuk tidak melanggar norma-norma yang sudah ditetapkan. Saya rasa peran kampus itu penting, peran pembina juga penting untuk bisa mengingatkan kembali adik-adik Mapala kita," pungkasnya.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2025/04/14/174010078/salah-satu-pendaki-ilegal-gunung-merapi-mapala-senior-terancam-di

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com