Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Salah Satu Pendaki Ilegal Gunung Merapi Mapala Senior, Terancam di-"Blacklist"

Kompas.com, 14 April 2025, 17:40 WIB
Wijaya Kusuma,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Balai Taman Nasional Gunung Merapi berhasil menemukan satu orang lagi yang melakukan aktivitas pendakian Gunung Merapi secara ilegal.

Satu orang pendaki ilegal ini merupakan alumni salah satu perguruan tinggi di Surakarta.

Baca juga: 20 Pendaki Ilegal Gunung Merapi Menangis Saat Petugas Hubungi Orangtua

Kepala Balai Taman Nasional Gunung Merapi, Muhammad Wahyudi mengatakan, pada 14 April 2025 ini memanggil seseorang inisial NS yang merupakan alumni UIN Raden Mas Said, Surakarta.

"Dia yang mengupload (mendaki Gunung Merapi). Kami mencari melalui beberapa teman yang mempunyai peralatan khusus yang bisa membantu," ujar Wahyudi dalam jumpa pers di kantornya, Senin (14/04/2025).

Wahyudi menyampaikan, pihaknya sudah datang ke UIN Raden Mas Said, Surakarta untuk menyerahkan surat.

Saat datang ke kampus tersebut, diketahui yang bersangkutan selama kuliah mengikuti organisasi Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala).

"Kita sudah ke universitas hari Jumat, kirim surat dan ternyata dia anggota Mapala dan sekarang dia Mapala senior karena sudah lulus," urainya.

Hal tersebut pun membuat Wahyudi heran.

Pasalnya, sebagai seorang Mapala, seharusnya NS mengerti tentang aturan aktivitas Gunung Merapi ditutup, tetapi tetap nekat mendaki ilegal.

 "Nah ini kan sebetulnya menjadi kan kita sedikit bingung, dia seorang Mapala yang seharusnya mengerti aturan kok malah demikian. Kan ini menjadi ironi bagi kita," ucapnya.

Wahyudi menuturkan, pihaknya masih akan terus mendalami terkait dengan motif NS nekat mendaki Gunung Merapi secara ilegal.

Setelah selesai pemeriksaan, nantinya akan diberikan sanksi terhadap yang bersangkutan.

"Risiko paling tinggi mungkin kita akan blacklist karena dia anggota Mapala, senior lagi yang sudah lulus, tahu aturan," tuturnya.

Wahyudi mengungkapkan, saat ini Balai Taman Nasional Gunung Merapi sedang menyiapkan surat.

Nantinya surat ini akan dikirimkan ke sekretariat Mapala yang ada di Indonesia.

Baca juga: Nekat Mendaki Merapi yang Masih Ditutup, 20 Pendaki Ditangkap dan Pasti Akan Disanksi

"Kami saat ini sedang menyiapkan surat untuk kami menyurati seluruh Mapala se Indonesia ini untuk memberitahukan terkait kegiatan pendakian di Merapi saat ini masih ditutup," ucapnya.

Dikatakan Wahyudi, peran pembina Mapala dan kampus sangat penting untuk menyadarkan para mahasiswa agar mematuhi peraturan-peraturan yang ada.

"Dan kita minta pembina Mapala maupun pihak kampus membantu kami untuk menyadarkan untuk tidak melanggar norma-norma yang sudah ditetapkan. Saya rasa peran kampus itu penting, peran pembina juga penting untuk bisa mengingatkan kembali adik-adik Mapala kita," pungkasnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau