Editor
Ia mampu menjual sekitar 50 kilogram ayam dalam sehari dengan harga Rp 30.000 hingga Rp 32.000.
Anehnya, Wahyudi merasa ditolak warga pasar Wates, sementara di pasar Jombokan, di mana harga yang sama juga diterapkan, ia tidak menghadapi masalah.
Baca juga: Ungkap Syukur Pedagang Ayam Cirebon di Puasa Hari Pertama
"Katanya saya merusak harga pasar. Tadinya jualan di sana tidak boleh, terus saya geser ke sini, tetapi tetap tidak boleh. Saya ini tahunya ambil ayam, datang, jualan di sini," ungkap Wahyudi, merasa bingung dengan situasi yang dihadapinya.
Akhirnya, akibat aksi warga pasar, Wahyudi terpaksa meninggalkan lokasi tersebut.
Menanggapi situasi ini, Edi, Staf Bidang Usaha Perdagangan di Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kulon Progo, menyayangkan adanya kasus seperti ini di Pasar Wates.
Menurutnya, masalah ini seharusnya dapat diselesaikan melalui komunikasi yang baik dan intens antar pedagang. "Justru yang tidak benar adalah kalau harga bahan pokok tinggi. Itu berbahaya bagi masyarakat," tegas Edi saat menginspeksi pasar.
Ia pun mengingatkan pentingnya menjaga komunikasi yang harmonis antara para pedagang agar insiden serupa tidak terulang.
(Penulis: Dani Julius Zebua I Editor: Ferril Dennys)
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang