YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Balai Latihan Pendidikan Pendidikan Teknik (BLPT) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), buat purwarupa insinerator sampah.
Rencananya, insinerator buatan BLPT DIY akan digunakan di lingkungan sekolah.
Insinerator adalah alat pembakaran sampah atau limbah padat untuk mengubahnya menjadi abu dan gas buang. Insinerator juga disebut sebagai tungku pembakaran, fasilitas pengolahan termal, atau pabrik limbah-ke-energi (WTE).
Nantinya, insinerator sampah ini akan diletakkan di 10 sekolah di Yogyakarta.
Baca juga: Unik! Bank Sampah di Kendal Bisa Tukar Sampah dengan Emas Antam
Tim Pengembangan alat Incinerator BLPT DIY Wisnu Surya Putra mengatakan, insinerator buatan BLPT ini terbagi menjadi tiga bagian, yakni boiler, ruang pembakaran, dan spray tune untuk menyemprot asap.
"Suhu pembakaran mencapai 180 derajat. Asap dari pembakaran yang mengandung kotoran akan di spray air dan larut ke penampungan," kata dia, Jumat (14/2/2025).
Penyemprotan asap membuat asap yang keluar melalui corong berwarna putih berbeda dengan asap pembakaran dengan cara konvensional.
Wisnu menambahkan, kotoran asap yang larut ke air dapat dimanfaatkan sebagai pupuk cair.
"Kotoran yang masuk ke tampungan air dapat digunakan untuk pupuk cair, residunya bisa untuk pupuk padat," beber dia.
Kapasitas mesin dalam 10 menit dapat membakar 36 kilogram sampah, sehingga dalam waktu satu jam diperkirakan dapat membakar 218 kg sampah.
Terkait biaya pembuatan Wisnu membeberkan satu unit mesin ini membutuhkan biaya Rp 20 juta dengan waktu pembuatan 3-4 minggu.
Sampah yang bisa dibakar oleh mesin ini adalah sampah-sampah organik, sampah plastik tidak disarankan dibakar mesin ini karena dapat menyumbat corong asap.
"Kalau plastik kita cacah tidak kita bakar," imbuhnya.
"Kalau sampah kita campur macam-macam residunya bisa kita buat paving blok," kata dia.
Sekretaris Daerah (Sekda) DIY Beny Suharsono mengatakan dirinya memberikan beberapa catatan setelah melihat cara kerja mesin insinerator buatan BLPT.
"Harus terus dilakukan research supaya polutan berkurang dan kebisingan (berkurang)," tuturnya.
Baca juga: Limbah Cemari Air Warga Depok karena Tangki Pabrik Pakan Ternak Bocor
Dia menyebut rencananya mesin ini akan digunakan di sekolah-sekolah. Namun pihaknya belum menentukan di mana sekolah yang dipilih karena masih membutuhkan survei.
"Kita akan cari sekolah yang memiliki halaman luas, agar pembakaran tidak mengganggu lingkungan sekitar," katanya.
Menurutnya, produksi sampah dari sekolah dinilai menjadi salah satu sumber timbulnya sampah.
Nantinya mesin ini bakal diuji coba di 10 sekolah tingkat SMA, SMK, atau SLB.
"Cakupan (produksi) diperkirakan satu tahun 10 unit, kalau tidak ada permasalahan anggaran," jelasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang