Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dampak PMK, Transaksi di Pasar Hewan Ambarketawang Jogja Anjlok 80 Persen

Kompas.com, 8 Januari 2025, 13:00 WIB
Wijaya Kusuma,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Transaksi jual beli ternak sapi di Pasar Hewan Ambarketawang, Kapanewon Gamping, Kabupaten Sleman, mengalami penurunan signifikan akibat merebaknya Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).

Kepala UPTD Pasar Hewan Ambarketawang, Yuda Andi Nugroho mengungkapkan bahwa dampak PMK terhadap aktivitas pasar sangat terasa.

Baca juga: Pemprov Klaim Wabah PMK di Jabar Sudah Bisa Dikendalikan

"Dampaknya sangat signifikan, sapi yang datang ke pasar hewan dan transaksi yang terjadi turun sampai 80 persen," ujarnya saat dihubungi pada Rabu (8/1/2025).

Dalam kondisi normal, rata-rata sapi yang masuk ke Pasar Hewan Ambarketawang berkisar antara 270 hingga 300 ekor, dengan nilai transaksi mencapai Rp 300 juta hingga Rp 600 juta untuk setiap pasaran.

Namun, saat ini, jumlah sapi yang masuk mengalami penurunan drastis.

"Di awal tahun 2025 kemarin, sapi yang masuk hanya 70 ekor, dengan nilai transaksi kira-kira Rp 100 juta per pasaran," tuturnya.

Untuk mencegah penularan PMK, Yuda menyatakan bahwa berbagai langkah antisipasi telah dilakukan di Pasar Hewan Ambarketawang.

Pihaknya menerapkan pengawasan ketat terhadap ternak yang datang, bekerja sama dengan petugas medis dari Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan Sleman.

"Ternak yang bergejala PMK tidak diperbolehkan masuk," ungkapnya.

Baca juga: DKPP Bantul Imbau Peternak Tak Jual Ternak Murah di Tengah PMK

Selain itu, setiap kendaraan yang mengangkut ternak ke pasar harus melewati gerbang disinfeksi.

"Setelah kegiatan pasaran, dilakukan penyemprotan desinfektan di seluruh area pasar hewan," pungkas Yuda.

Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan penyebaran PMK dapat ditekan dan aktivitas jual beli ternak sapi di Pasar Hewan Ambarketawang dapat kembali normal.

Diketahui, 947 hewan ternak di DIY terpapar penyakit kuku dan mulut (PMK), yang tersebar di Kabupaten Kulon Progo, Bantul, Gunungkidul, dan Sleman. Hingga saat ini hanya Kota Yogyakarta yang tidak terdeteksi PMK.

Gunungkidul terdapat 672 kasus PMK, Kabupaten Sleman 103 kasus, Kabupaten Bantul 161 kasus, dan Kulon Progo 11 kasus.

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengungkapkan beberapa tanda hewan ternak yang terjangkit Penyakit Kuku dan Mulut (PMK), salah satunya adalah suhu tubuh yang tinggi.

"Tanda-tanda suhu tinggi, ada kayak sariawan, ngeces. Tanda utama suhunya tinggi," ujar Kepala DPKP DIY, Syam Arjayanti, saat dihubungi pada Selasa (7/1/2025).

Syam menambahkan, peternak yang menemukan hewan ternaknya, seperti sapi, mengalami tanda-tanda tersebut diminta untuk segera melaporkan kepada Kementerian Pertanian.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau