Editor
YOGYAKARTA, KOMPAS.com – Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) kembali merebak di Indonesia.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran bagi peternak di berbagai wilayah. Terlebih banyak hewan ternak yang mati akibat penyakit tersebut.
Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Aris Haryanto, mengungkapkan langkah-langkah mitigasi yang perlu dilakukan untuk menangani PMK pada hewan ternak.
Baca juga: Penyakit Mulut dan Kuku Serang 824 Sapi di Yogyakarta, 21 Ekor Mati
Penyakit PMK, yang juga dikenal dengan nama apthae epizootica (AE), aphthous fever, dan foot and mouth disease (FMD), disebabkan oleh virus RNA dari genus Apthovirus, keluarga Picornaviridae.
Virus ini memiliki tingkat penularan yang sangat tinggi, bahkan dapat menyebar hingga jarak 200 kilometer melalui udara.
“Virus ini bisa menyebar secara langsung melalui udara. Jika hewan ditempatkan berdampingan, kemungkinan tertularnya besar,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (6/01/2025).
Baca juga: Alasan UGM Berikan Anugerah HB IX Award 2024 kepada Haedar Nashir
Prof Aris menjelaskan, mitigasi perlu dilakukan secara bertahap sesuai dengan gejala yang muncul pada hewan ternak:
Baca juga: Penyakit Tangan Kaki Mulut pada Anak, Apakah Berkaitan dengan Penyakit Mulut Kuku Hewan?
KASUS PMK: Pemantauan Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan (Dispangtan) Kota Solo dalam menangani kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) baru-baru ini.Prof Aris menegaskan bahwa vaksinasi menjadi salah satu cara penting dalam mencegah wabah PMK.
Sayangnya, cakupan vaksinasi di Indonesia saat ini masih belum merata, dan produksi vaksin dalam negeri belum mencukupi kebutuhan.
“Vaksinasi harus dilakukan dua kali dengan jarak satu bulan, dan setelahnya tetap harus divaksin setiap enam bulan sekali,” jelasnya.
Selain itu, kerja sama antara pemerintah, Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI), dan para pakar sangat diperlukan untuk mengatasi wabah ini.
Fakultas Kedokteran Hewan UGM, melalui PDHI dan mahasiswa, turut berkontribusi dalam penanganan kasus PMK di DIY dan Jawa Tengah.
Baca juga: Penyakit Mulut dan Kuku Tak Menular ke Manusia, Hewan yang Terdampak Aman Dikonsumsi?
Pemerintah telah mengambil langkah dengan menutup beberapa pasar hewan di Yogyakarta dan Jawa Tengah sebagai langkah pencegahan.
Prof Aris berharap masyarakat dapat mematuhi kebijakan ini karena bersifat sementara.
“Tidak perlu panik, segera laporkan jika ada hewan yang menunjukkan gejala PMK dan lakukan mitigasi. Langkah ini penting untuk memutus rantai penularan,” tegasnya.
Dengan upaya bersama antara peternak, pemerintah, dan akademisi, diharapkan wabah PMK dapat segera teratasi sehingga aktivitas peternakan kembali berjalan normal.
Baca juga: Apakah Penyakit Mulut dan Kuku Hewan Menular ke Manusia?
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang