KULON PROGO, KOMPAS.com – Fenomena menarik terjadi di padukuhan Serang, kalurahan Pengasih, kapanewon Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Di halaman rumah warga, bunga bangkai (Amorphophallus paeoniifolius) yang dikenal sebagai suweg, mekar dengan bau yang menyengat.
Baca juga: Mengintip Keunikan Bunga Bangkai yang Mekar di Bukit Sulap, Lubuklinggau
Fitriani (43), pemilik rumah yang menjadi lokasi tumbuhnya bunga tersebut, mengungkapkan bahwa tidak hanya satu, tetapi empat bunga bangkai mekar hampir bersamaan.
"Baunya tidak enak, seperti bangkai, terutama bau sangat menyengat pada malam hari. Bau itu muncul ketika bunga mekar dan berlangsung tiga hari," ujarnya pada Kamis (20/12/2024).
Suweg, yang merupakan bagian dari keluarga bunga bangkai, dikenal sebagai umbi-umbian yang memiliki kandungan serat pangan, karbohidrat, dan protein yang cukup tinggi.
Fitriani menceritakan bahwa orangtuanya, Rubiyo, dahulu pernah membawa pulang bonggol umbi dari pinggir kebun dekat sungai dengan rencana untuk dimasak dan disantap.
Setelah kepergian Rubiyo, bunga pertama mulai tumbuh di halaman sempit antara rumah Fitriani dan tetangganya.
Di area tersebut terdapat berbagai fasilitas seperti kamar mandi, tempat menjemur pakaian, dan sumur.
"Satu bunga mekar di ujung pintu belakang rumah saya, tidak jauh dari belakang sumur. Ukurannya sekitar 40 cm, tetapi tidak lama kemudian layu," jelas Fitriani.
Setahun kemudian, bunga kembali mekar, kali ini hingga empat kelopak.
Bunga tersebut disertai dengan beberapa batang hijau yang mirip dengan tumbuhan Porang.
"Kalau dulu satu, sekarang empat bunga. Satu dari empat itu sudah layu, sisa tiga. Tapi, yang dua belum mekar. Ukurannya lebih besar dari yang dulu, sekarang 60 cm," tambahnya.
Fitriani dan suaminya memilih untuk membiarkan bunga tumbuh subur sebagai kenangan terhadap orangtua mereka.
"Tetap dipertahankan. Pesan orangtua, ini tidak boleh dicabut," kata Fitriani.
Baca juga: Bunga Bangkai di Bukit Sulap Lubuklinggau Kembali Mekar, Tempatnya Tidak Biasa
Bunga dan pohon tersebut tumbuh liar tanpa perlakuan khusus, baik merabuk maupun menyiram.
Fitriani juga mengaku belum pernah melakukan apapun terhadap umbi tersebut, apalagi mengonsumsinya, sesuai dengan rencana orangtuanya di masa lalu.
Fenomena mekar bunga bangkai ini menarik perhatian warga, terutama anak-anak.
Meskipun beberapa warga menyebutnya sebagai bunga langka, Fitriani menjelaskan bahwa tumbuhan ini sebenarnya banyak ditemui di pinggir kebun dekat sungai.
"Tumbuhan biasa namun fenomenal bagi warga," tutupnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang