Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Fakta Demo Free West Papua di Jalan Kusumanegara Yogyakarta Berakhir Ricuh

Kompas.com, 2 Desember 2024, 11:02 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Editor

KOMPAS.com - Kericuhan terjadi di Jalan Kusumanegara, Yogyakarta, melibatkan massa aksi pendukung Free West Papua dan aparat kepolisian, Minggu (1/12/2024). 

Insiden tersebut menjadi sorotan warga karena awalnya aksi berjalan damai namun mendadak ricuh. Berikut adalah kronologi dan fakta dari penelusuran Kompas.com: 

1. Kronologi Kericuhan

Demonstrasi dimulai di simpang tiga Jalan Kusumanegara, dekat Taman Makam Pahlawan Kusumanegara. Aksi berlangsung damai hingga sore hari, dengan massa menyuarakan aspirasi terkait isu Free West Papua.

Baca juga: Ricuh Aksi Free West Papua di Yogyakarta, Penyebab, dan Kronologinya

Setelah demonstrasi bubar menjelang azan Maghrib, massa bergerak menuju asrama di kawasan Semaki Gede. 

Namun, situasi memanas ketika beberapa orang dari massa aksi mengibarkan Bendera Bintang Kejora. 

Baca juga: Aksi Free West Papua Ricuh, Polisi dan Massa Bentrok di Jalan Kusumanegara Yogyakarta

Kapolresta Yogyakarta Kombes Pol Aditya Surya Dharma menjelaskan bahwa aparat mencoba mencegah pengibaran bendera tersebut, yang kemudian memicu bentrokan.

“Mereka tadi sudah kembali, kemudian ada yang mengibarkan, berusaha mengibarkan Bendera Bintang Kejora. Itu yang kita berusaha amankan, namun mereka langsung melakukan penyerangan kepada kami,” ujarnya.

2. Kapolresta terluka 

Polisi amankan Jalan Kusumanegara, dan massa aksi saat menyuarakan persoalan Papua, Minggu (1/12/2024)KOMPAS.COM/WISANG SETO PANGARIBOWO Polisi amankan Jalan Kusumanegara, dan massa aksi saat menyuarakan persoalan Papua, Minggu (1/12/2024)

Massa aksi diduga menyerang aparat dengan lemparan batu dan benda lainnya. Kapolresta Aditya sendiri mengalami luka di tangan kanan akibat insiden ini. 

“Ya, batu, pukulan segala macam seperti itu. Biasa lah,” ujarnya saat memberikan keterangan.

Sementara itu, warga sekitar, merasa terancam oleh kericuhan yang terjadi, memutuskan untuk menutup akses gang menuju Jalan Kusumanegara. 

Mereka juga melaporkan kerusakan properti, seperti kursi kayu jati milik warga yang hancur akibat dilempar saat kericuhan berlangsung.

3. Pengamanan oleh aparat

Polisi segera mengambil langkah untuk memulihkan situasi. Negosiasi dilakukan dengan massa aksi agar perwakilan mereka keluar dari asrama untuk menjaga ketertiban. 

Selain itu, kendaraan taktis seperti water cannon dan truk Dalmas disiagakan di lokasi untuk mencegah eskalasi lebih lanjut.

Aditya menegaskan bahwa kepolisian tetap berjaga untuk memastikan situasi kondusif. 

Halaman:


Terkini Lainnya
Penyu Lekang Terdampar Lemas di Pantai Glagah, Satlinmas: Kurus, Berenangnya Tak Normal
Penyu Lekang Terdampar Lemas di Pantai Glagah, Satlinmas: Kurus, Berenangnya Tak Normal
Yogyakarta
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau