Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Membongkar Fakta Kasus Polisi Tembak Siswa SMK di Semarang, Tuai Kecaman dan Janji Polda

Kompas.com, 28 November 2024, 09:36 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Editor

KOMPAS.com - Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Tengah pastikan penyelidikan kasus penembakan seorang siswa SMK, GR (17), di Semarang, Jawa Tengah, akan diproses secara transparan. 

Kabid Humas Polda Jateng Kombes Artanto menyatakan, Aipda RZ telah ditahan untuk pemeriksaan oleh Bidang Propam Polda Jateng atas dugaan tindakan berlebihan. 

Proses ini diawasi oleh berbagai pihak, termasuk Itwasum Mabes Polri, Komnas HAM, dan Kompolnas. Untuk tindak pidana, kasus ini ditangani oleh Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Jateng.

Baca juga: Belum Tuntas Berikan Pernyataan ke Wartawan, Saksi Penembakan Siswa SMK di Semarang Digiring Petugas

“Proses hukum akan dijalankan secara transparan. Kami turut berbela sungkawa kepada keluarga korban dan menjamin penyelidikan berjalan sesuai prosedur,” ujar Kombes Artanto dalam konferensi pers, Rabu (27/11/2024).

Baca juga: Belum Tuntas Berikan Pernyataan ke Wartawan, Saksi Penembakan Siswa SMK di Semarang Digiring Petugas

Seperti diberitakan sebelumnya, peristiwa tersebut melibatkan anggota Polrestabes Semarang, Aipda RZ. Selain GR, Dua siswa lainnya, AD (17) dan SA (16), mengalami luka tembak.

Tudingan korban anggota gangster

Penembakan terjadi pada Minggu dini hari (24/11/2024) di depan Alfamart Jalan Candi Penataran Raya, Ngaliyan, Semarang. 

Menurut Kapolrestabes Semarang Kombes Pol Irwan Anwar, Aipda RZ melintas di lokasi saat hendak pulang ke rumah.

Ia mendapati bentrokan antar kelompok gangster dan berupaya melerai, namun justru diserang. Polisi mengklaim tindakan tegas terpaksa diambil untuk melindungi diri.

Namun, pihak sekolah dan keluarga korban menyangsikan narasi keterlibatan GR dalam aktivitas gangster. 

Baca juga: Muncul Isu Polisi yang Tembak Pelajar SMK Diduga Pesta Narkoba, Polri: Tunggu Hasil Asistensi

GR dikenal sebagai siswa berprestasi, anggota paskibraka, dan baru saja memenangkan kompetisi tingkat provinsi.

Hal itu dibenarkan staf kesiswaan SMKN 4 Semarang. GRO adalah siswa berprestasi tanpa catatan kenakalan.

“Korban adalah anggota ekstrakurikuler paskibraka dan tidak ada indikasi keterlibatan dalam gangster atau tawuran,” ujar Nanang Agus B., staf kesiswaan sekolah.

Hal ini diperkuat oleh kesaksian teman-teman korban yang menyebut GRO sebagai sosok baik dan tidak terlibat aktivitas negatif.

Tuai kecaman

Komnas HAM menyoroti tindakan polisi yang dinilai tidak manusiawi. Ketua Komnas HAM, Atnike Nova Sigiro, meminta polisi untuk mengusut kasus ini dengan adil dan melindungi saksi serta korban lainnya.

“Kami meminta agar polisi memastikan penanganan tawuran dilakukan secara humanis dan tanpa melanggar hak asasi,” tegasnya.

Halaman:


Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau