Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Kampus di Yogyakarta Tangani Mahasiswa Terjerumus Judi "Online"

Kompas.com, 22 November 2024, 14:16 WIB
Wisang Seto Pangaribowo,
Krisiandi

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS. com - Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Satryo Soemantri Brodjonegoro menyebutkan, ada 960.000 pelajar dan mahasiswa terlibat judi online.

Banyaknya mahasiswa yang terjerat judi online ini diamini oleh dua perguruan tinggi milik Muhammadiyah.

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Gatot Sugiharto mengatakan, mahasiswa di kampusnya ada yang terjerat judi online. 

Baca juga: Kronologi Penggerebekan Markas Judi Online Berkedok Toko Kain di Bandung

Bahkan lanjut Gatot ada satu orang mahasiswa yang kecanduan judi online dan harus berakhir dengan drop out.

“Pernah ada satu dan langsung ketemu dengan saya. Saya harus lakukan tindakan langsung, karena langsung ke saya (mengadu),” ujarnya saat ditemui di kompleks Kepatihan Kota Yogyakarta, Jumat (22/11/2024).

Dia mengatakan, UAD memberikan layanan konsultasi yang dapat diakses oleh mahasiswa. Layanan konsultasi ini melayani berbagai macam keluhan mahasiswa termasuk di dalamnya adalah judi online.

Baca juga: Begini Cara Kerja Bisnis Telemarketing Judi Online yang Raup Rp 500 Juta Per Bulan di Bandung

“Tapi mahasiswa yang terjerat judi online ini malu mengakses ke sana (layanan konsultasi),” imbuh dia.

Lanjut Gatot dalam menangani mahasiswa yang terjerat judi online dirinya menggunakan pendekatan personal. Sebagai contoh ia mengajak ngobrol mahasiswa tersebut di tempat-tempat nongkrong, seperti di warung kopi.

Satu mahasiswa yang berkonsultasi dengannya langsung itu terjerumus di judi online karena ikut-ikutan teman.

“Terbawa teman, sekarang judi online mulai dari Rp 10.000 ada. Dia coba-coba awalnya Rp 10.000, jadi Rp 20.000, setelah sampai Rp 10 juta semua habis,” ungkapnya.

Gatot mengungkapkan mahasiswa ini akhirnya harus keluar dari kampus.

“Kemarin yang kita tangani ini dia memilih keluar tidak melanjutkan, sehingga kita lost contact. Problemnya tidak hanya dengan kampus tetapi juga orangtuanya,” kata dia.

“Orangtuanya sudah bilang sudah pulang saja daripada kuliah habiskan, motor dijual, laptop dijual,” imbuhnya.

Dia menambahkan untuk antisipasi mahasiswa terjerat judi online UAD memberikan edukasi berupa literasi keuangan.

Baca juga: Cegah Polisi Terlibat Judi Online, Propam Periksa Ponsel Semua Anggota Polres Manggarai Barat

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Sukamta mengatakan untuk mencegah mahasiswa terjerumus judi online diperlukan langkah khusus.

Salah satunya adalah memperbaiki mental mahasiswa baru. Karena, selama ini menurut dia mahasiswa baru dari generasi z memiliki mental instan.

“Mental cepat kaya tanpa usaha yang terukur. Ini mental-mental instan seperti ini kan memang harus kita edukasi,” kata dia.

Sukamta mengatakan, untuk memberikan edukasi kepada mahasiswa sekarang ini perlu perlakuan khusus. Karena menurut dia mental generasi z yang tidak sekuat generasi sebelumnya.

“Seperti ponsek sekarang itu bisanya diusap, ponsel sekarang kan tidak ada yang dipencet. Seperti generasi Z harus diusap, diajak ngobrol, diskusi, dirangkul dengan kenyamanan dan keterbukaan hati,” ucap dia.

Oleh sebab itu lanjut dia, UMY memberikan layanan konseling khusus hingga malam hari untuk menampung mahasiswa yang memiliki masalah salah satunya adalah judi online.

Baca juga: Markas Judi Online Berkamuflase Jadi Toko Kain di Bandung, 5 Orang Ditangkap

Lanjut Sukamta tiap tahun terjadi peningkatan mahasiswa yang mengakses layanan konsultasi ini. Namun yang terbanyak adalah keluhan soal mental health sedangkan judi online kurang dari 10 persen dari aduan yang masuk.

“Kita tidak lari dari problem, itu fakta (mahasiswa terjerat judi online), makanya kami fasilitasi silakan datang kami jamin privasimu, sampai malam pukul 21.00,” ucap dia.

Sementara itu dikutip dari Kompas.tv Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Satryo Soemantri Brodjonegoro menyebut, ada 960.000 pelajar dan mahasiswa terlibat dalam kegiatan judi online.

Baca juga: Mendikti Saintek: 960.000 Pelajar Terlibat Judi Online, Sebagian Besar Mahasiswa

Satryo juga mengatakan, sebagian besar dari angka tersebut adalah mahasiswa yang tersebar di sejumlah perguruan tinggi negeri dan swasta di Indonesia.

Sebagai upaya untuk mengatasi hal tersebut, pihak Kemendiktisaintek segera menyiapkan layanan khusus pengaduan judi online di perguruan-perguruan tinggi di Indonesia.

"Terkait dengan judi online, maka kelompok mahasiswa yang terlibat sampai saat ini berjumlah total 960.000 (orang)," kata Mendiktisaintek Satryo, Kamis (21/11/2024) dikutip dari Antara.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau