YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta mengimbau siswa-siswa yang mengalami gejala Parotitis atau gondongan untuk tidak masuk sekolah terlebih dahulu.
Kasi Pengendalian Penyakit Menular (P2M) dan Imunisasi Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Endang Sri Rahayu mengatakan, jika ditemukan kasus gondongan di sekolah, pihaknya akan melakukan penyelidikan epidemiologi.
Angka kasus penyebaran gondongan meningkat di Kota Yogyakarta. Sejak Januari hingga Oktober 2024 terdapat 169 kasus gondongan.
Baca juga: Penyakit Gondongan Bisa Menular Lewat Apa? Berikut Penjelasannya...
Dinkes Kota Yogyakarta juga melakukan edukasi kepada penderita agar tidak keluar rumah untuk mencegah penyebaran, selain itu juga mengedukasi warga menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS).
“Jika terjadi di sekolah, saran untuk yang sakit tidak boleh masuk sekolah,” ujarnya saat dihubungi, Jumat (1/10/2024).
Endang menyampaikan, Dinkes telah berkoordinasi dengan sekolah-sekolah agar lebih peka terhadap penyakit Parotitis mengingat penyebarannya sangat mudah.
“Hindari orang yang terkena gondongan, memakai masker , dan usahakan yang sakit untuk tidak keluar rumah,” kata dia.
Selain itu Dinkes Kota Yogyakarta juga meminta masyarakat agar melakukan vaksinasi.
“Imbauan untuk vaksin di faskes swasta , Karena vaksin untuk gondongan belum disiapkan pemerintah,” kata dia.
Baca juga: Sebabkan Sekolah Lockdown, Mengapa Gondongan Kembali Mewabah?
Sebelumnya, angka kasus penyebaran gondongan meningkat di Kota Yogyakarta.
Gondongan disebabkan oleh infeksi virus dari golongan paramyxovirus.
Kasi Pengendalian Penyakit Menular (P2M) dan Imunisasi Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Endang Sri Rahayu, mengatakan, pada tahun 2024 hingga Oktober terdapat 169 kasus Gondongan.
"Ada sekitar 169 kasus Gondongan di Kota Yogyakarta, sebagian besar merupakan anak-anak SD," ujar Endang, Kamis (31/10/2024).
Endang menyebutkan, gondongan ditandai dengan pembengkakan di sekitar rahang atau leher akibat peradangan kelenjar parotis.
Gejala awal yang muncul antara lain demam, sakit kepala, nyeri saat mengunyah atau menelan, dan nyeri otot.
“Penyakit ini sangat mudah menular, terutama di lingkungan sekolah, melalui percikan air liur atau kontak dengan benda yang terkontaminasi,” kata dia.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang