Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Analisis Pakar UGM soal Gua Baru di JJLS Gunungkidul

Kompas.com, 17 Oktober 2024, 21:34 WIB
Wijaya Kusuma,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Guru Besar Bidang Ilmu Geomorfologi Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Eko Haryono buka suara perihal temuan gua di Kalurahan Planjan, Kapanewon Saptosari, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta saat pembangunan jalur jalan lintas selatan (JJLS).

Menurutnya, selain stalaktit dan stalagmit di gua tersebut masih aktif, ornamen yang ada di dalam gua tersebut terbilang masih lengkap.

Masih aktifnya stalaktit dan stalagmit tersebut terlihat dari warna dan masih adanya air yang menetes yang menandakan pembentukan stalaktit dan stalagmit masih aktif.

"Saya melihat dari video guanya kan stalaktit dan stalagmitnya masih aktif, masih putih," ujarnya melalui sambungan telepon, Kamis (17/10/2024)

"Katanya yang kemarin diwawancarai kan (air) masih netes-netes berartikan pembentukan masih aktif," kata dia.

Baca juga: Alasan Temuan Gua di JJLS Gunungkidul Ditutup


Baca juga: Saat Siswa SMP dan SMA di Buton Tengah Buka Situs Porno dan Main Judi Online...

Fokus penelitian gua 

Dirinya bersama tim berencana akan ke lokasi gua untuk melakukan penelitian.

"Rencana saya mau ke sana, setelah nanti dari Buton (Sulawesi Tenggara)," kata dia.

Fokus penelitian yang dilakukan yakni akan melakukan pemetaan guna mengetahui apakah gua tersebut terhubung dengan gua lain atau hanya chamber yang besar.

"Pertama untuk mengetahui sistemnya, terus memetakan, kemudian mengukur mikroklikatnya, temperatur, CO2. Nanti kalau digunakan untuk wisata, daya dukungnya seperti apa," paparnya.

Baca juga: Saat Pantai Parangtritis Jadi Pantai Paling Berbahaya di Yogyakarta...

Alasan penutupan gua

Gua di sekitar JJLS Saptosari, Gunungkidul. Rabu (16/10/2024)KOMPAS.COM/MARKUS YUWONO Gua di sekitar JJLS Saptosari, Gunungkidul. Rabu (16/10/2024)

Terkait dengan penutupan gua, menurutnya merupakan langkah yang tepat.

Hal itu diperlukan untuk melindungi ornamen yang ada di dalam gua tersebut. 

"Pertama biasanya orang kan melihat batu gemerlap itu kan dikira batu mulia, padahal itu bukan termasuk batu mulia. Material stalaktit dan stalagmit itu kan juga gampang pecah, gampang digores. Jadi tidak perlu diambil, baiknya cuman dilihat," ucapnya. 

Diberitakan sebelumnya, unggahan video yang menunjukkan penemuan gua yang menakjubkan saat pembangunan jalur jalan lintas selatan (JJLS) di Kalurahan Planjan, Kapanewon Saptosari, Gunungkidul, DIY ramai di media sosial.

Baca juga: Berhasil Selamatkan Temannya, Santri Asal Cilacap Justru Tewas Tenggelam di Sungai Banteran

Video berdurasi sekitar 10 detik tersebut memperlihatkan struktur gua yang indah dengan stalaktit dan stalagmit yang masih terlihat alami.  

Halaman:


Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau