YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta menyebut akan serius dalam mengelola gumuk inti pasir tipe barchan.
Nantinya gumuk inti pasir seluas 17 sampai 20 hektar ini akan menjadi kawasan khusus atau premium.
Sebab, gumuk pasir Barchan ini hanya ada dua di dunia, salah satunya di Parangtritis, Bantul, Yogyakarta.
Baca juga: Ekosistem Gumuk Pasir: Fungsi dan Faktor Pembentuknya
Kepala Bidang Destinasi Dispar Bantul, Yuli Hernadi mengatakan, zona inti gumuk pasir di kawasan Parangtritis berada di Kawasan Pantai Pelangi sampai Pantai Tall Wolu seluas kurang lebih 17 sampai 20 hektar.
Pemerintah Kabupaten sudah melakukan upaya awal dilakukan restorasi gumuk pasir inti barchan.
Sejumlah penanda untuk membatasi kawasan gumuk inti sudah dipasang.
"Untuk menjaga warisan geopark, khususnya gumuk pasir tipe barchan itu hanya ada dua di dunia. Satu di Meksiko dan di Parangtritis (Bantul)," kata Yuli saat dihubungi melalui telepon Rabu (24/7/2024) peang.
Seharusnya kawasan gumuk inti tidak ada aktivitas sama sekali. Sehingga gumuk pasir akan terus berkembang.
Sebab, jika mati tidak akan muncul mirip bulan sabit di sekitar gumuk pasir. Selain itu gumuk akan ditumbuhi pohon, seperti di sisi utara gumuk pasir.
"Jadi nanti jika sudah jadi akan dibuat wisata premium. Gumuk pasir jalan kaki dibatasi pengunjungnya," kata dia.
Terkait aktivitas yang ada saat ini, seperti jip, hingga permainan lainnya, Yuli mengatakan akan dilakukan komunikasi dengan pihak terkait.
"Kita mersestorasi tidak akan mematikan usaha di situ," kata dia.
Sementara General Manager Badan Pengelola Geopark Yogya Dihin Nabrijanto mengatakan, gumuk pasir di daerah Parangtritis, Kabupaten Bantul merupakan salah satu bentang alam yang istimewa.
Sebab, gumuk pasir di Parangtritis, bertipe Barchan. Gumuk pasir tipe Barchan ini hanya ada dua di Dunia, Mexico dan Bantul.
"Gumuk pasir yang ada di Parangtritis ini gumuk pasir yang paling istimewa," kata Dihin di Sleman.
Dijelaskannya sumber utama material gumuk pasir Parangtritis berasal dari Gunung Merapi yang terbawa air sungai. Kondisi saat ini suplai pasir dari Gunung Merapi yang terbawa air sungai sudah mulai berkurang.
Sehingga mempengaruhi pembentukan gumuk pasir Parangtritis. Dahulu tinggi gumuk pasir Parangtritis bisa mencapai 30 meter, tapi saat ini sudah berkurang.
"Dahulu gumuk pasir itu tingginya bisa sampai 30 meter dan salah satu fungsinya adalah abrasi pantai, kemudian menahan tsunami. Kalau sekarang nggak bisa, karena materialnya nggak cukup untuk membentuk gumuk," ucap dia.
Dihin mengatakan, pentingnya menjaga lingkungan alam di Gunung Merapi. Sehingga material pasir tetap ada dan air sungai terus mengalir membawa suplai material untuk gumuk pasir.
Dia menyebut luasan gumuk pasir Parangtritis juga mengalami penyusutan. Dari data yang dimiliki, pada tahun 1976 luas gumuk pasir Parangtritis mencapai sekitar 417 hektar.
"Setiap tahun kan kita potret, itu berkurang hingga hari ini (luasanya) tinggal sekitar 14 sampai 17 hektar, jadi 400 hektar hilang," ujarnya.
Baca juga: Mengarang Cerita Menemukan Mayat di Gumuk Pasir Parangtritis, 6 Orang Ini Ternyata Pembunuhnya
Badan Pengelola Geopark Yogyakarta saat ini bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Bantul untuk menjaga dan melestarikan gumuk pasir. Saat ini pihaknya sedang dalam proses untuk penyusunan dokumen percepatan restorasi gumuk pasir Parangtritis.
"Tanpa upaya mempertahankan, laju pengurangan luasan gumuk pasir ini kita biarkan, bahkan teman-teman dari UGM mengatakan kalau kondisi gumuk pasir dibiarkan seperti ini 20 tahun lagi, kita nggak punya gumuk pasir, hilang," kata dia.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang