Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sultan: Sampah Masuk ke ITF Bawuran Dihargai Rp 450.000 Per Ton

Kompas.com, 24 Juli 2024, 14:39 WIB
Wisang Seto Pangaribowo,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X angkat bicara soal permasalahan sampah di DIY.

Sultan mengatakan, dalam penanganan sampah perlu ditangani secara kolaborasi antar masyarakat.

Sampah yang sudah terolah oleh pemulung maupun yang dipilah oleh masyarakat di tingkat kalurahan dapat digunakan sebagai bahan baku pengolahan sampah di ntermediate Treatment Facility (ITF) pusat karbonasi di Bawuran, Pleret, Bantul. 

Setiap tonnya akan dihargai Rp 450.000.

Baca juga: Kapasitas TPA Piyungan Menipis, Hanya Mampu Tampung 1.000 Ton Sampah

“Jadi untuk sampah itu ada dua hal yang perlu ditangani. Sampah yang akan dilakukan oleh warga masyarakat, saya berharap warga masyarakat yang sekarang mau mengelola sampah itu jangan meninggalkan pemulung,” ujar Sultan, Rabu (24/7/2024).

Ngarsa Dalem menambahkan pemulung bekerja mencari nafkah dengan cara memilah sampah sehingga perlu dilibatkan dalam pengolahan sampah di tingkat masyarakat.

“Jangan yang jadi pemulung warga masyarakat di kalurahan, tapi harus kerjasama,” kata dia.

Sultan menyampaikan sampah yang sudah terolah oleh pemulung maupun yang dipilah oleh masyarakat di tingkat kalurahan ini dapat digunakan sebagai bahan baku pengolahan sampah di ITF Bawuran, Bantul, DIY.

Sampah yang masuk ke ITF Bawuran dapat dijadikan sebagai bahan industri seperti mebel dan sebagainya. Sehingga sampah yang masuk ke ITF Bawuran ini memiliki nilai ekonomi bagi masyarakat.

Bahkan Sultan menyebut sampah pilahan yang masuk ke ITF Bawuran setiap satu tonnya dihargai sebesar Rp 450.000.

“Jadi sampah itu bukan buangan tapi punya arti komersial,” jelas Ngarsa Dalem.

Baca juga: Harap Warga Tak Tolak TPSS, Bupati Bantul: Kalau Semua Ditolak, Masalah Sampah Enggak Akan Selesai

Sementara itu, Bupati Bantul Abdul Halim Muslih targetkan tiga Tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) dapat beroperasi penuh pada September 2024.

“Kita butuh waktu untuk menyelesaikan tiga TPST itu. September itu sudah full beroperasi, Agustus nanti sebagian sudah beroperasi,” ucapnya saat ditemui setelah rapat evaluasi penanganan sampah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Rabu (24/7/2024).

Tiga TPST itu yakni, TPST Dingkikan Argodadi Sedayu dengan kapasitas 60 ton, TPST Modalan Banguntapan kapasitas 50 ton, dan ITF Bawuran kapasitas 50 ton dan masih bisa dikembangkan.

“Bantul merupakan kabupaten yang selama ini menjadi pusat pengolahan sampah tingkat regional. Maka Bantul mendapatkan perhatian khusus karena tempat pengolah sampah di Bantul relatif lebih banyak dibanding daerah lain,” kata dia.

Halim berkata, Bantul bersiap menjadi tujuan pengolahan sampah terutama dari Kota Yogyakarta dan sebagian Sleman.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau