Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jakarta atau Jateng, Kaesang?

Kompas.com, 10 Juli 2024, 05:30 WIB
Muhamad Syahrial

Editor

KOMPAS.com - Ketua DPP Partai Nasdem Sugeng Suparwoto meyakini bahwa Partai Solidaritas Indonesia (PSI) akan memilih memenangkan ketua umumnya, Kaesang Pangarep, pada Pilkada Jawa Tengah (Jateng) ketimbang Pilkada Jakarta.

“Kalau menurut saya kok agak tipis peluang untuk PSI masuk Jakarta. Ini dugaan saya ya, kami melihat ada indikasi PSI mau masuk Jateng," kata Sugeng, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (9/7/2024).

Kaesang memang masuk bursa calon kepala daerah pada Pilkada Jateng dan Jakarta. Elektabilitas putra bungsu Presiden Joko Widodo (Jokowi) ini bahkan sangat tinggi di Jateng menurut lembaga survei.

Berdasarkan hasil survei Indikator Politik Indonesia, Kaesang menempati posisi pertama, baik dalam simulasi 10 nama maupun 20 nama pada Pilkada Jateng.

Sejumlah partai politik pun mulai meliriknya untuk dimajukan pada Pilkada Jateng 2024, salah satunya PDI-P.

Baca juga: Momen Pegi Setiawan Bantah Polisi yang Tuduh Dirinya Pembunuh

Menanggapi hal itu, Kaesang mengatakan, sebagai provinsi besar, Jateng membutuhkan pemimpin yang dapat menyelesaikan berbagai masalah yang kompleks.

"Tapi balik lagi ya, Jawa Tengah ini kan provinsi yang cukup besar, masalah kompleks butuh pemimpin yang bisa menyelesaikan semua masalah yang ada di Jawa Tengah," ujar Kaesang, di Pura Mangkunegaran, Solo, Jateng, Minggu (7/7/2024) malam.

Sementara terkait Pilkada Jakarta, Kaesang menyebut Presiden PKS, Ahmad Syaikhulah, yang seharusnya menjadi calon Gubernur Jakarta.

Pasalnya, dia menjelaskan, PKS adalah pemenang Pileg 2024 di Jakarta dengan meraup 18 kursi.

"Tapi ini menurut saya pribadi ya, sebagai pemenang Pemilu di Jakarta, punya 18 kursi, saya rasa sebenarnya Pak Presiden PKS ini (seharusnya) menjadi (calon) gubernur (Jakarta)," ucap Kaesang di kantor DPP PKS, Senin (8/7/2024).

Baca juga: Anggota Ormas Pemuda Pancasila Jember Tewas Jatuh dari Lantai 2, Kematiannya Disebut Janggal

"Sebagai pemenang di Jakarta, saya rasa (PKS) jauh lebih elok kalau mengusung (Ahmad Syaikhulah sebagai calon) gubernur (Jakarta)," sambungnya.

Dalam forum tertutup antara PSI dan PKS, Kaesang pun menegaskan bahwa dia tidak menyodorkan namanya untuk diusung pada Pilkada mendatang.

"Di forum tadi, sudah pasti saya tidak sodorkan nama saya ke DPP PKS. Mengenai koalisi yang akan segera dibangun oleh DPP PKS yang mengusung Pak Anies dan Pak Sohibul, itu nanti akan kami bahas kembali di DPP PSI," jelasnya.

Usai bertemu dengan PKS, Kaesang beserta jajarannya di PSI dikabarkan akan berkunjung ke Kantor Partai Golkar pada Kamis (11/7/2024).

Ketum Golkar Airlangga Hartarto pun telah memberi sinyal soal adanya rencana kunjungan tersebut.

Baca juga: Ada Danau Merah yang Misterius di Pagar Alam

"Hari Kamis saya akan kedatangan tamu, kira-kira begitu," ungkap Airlangga di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Selasa (9/7/2024).

Politikus Partai Golkar, Dito Ariotedjo, menyampaikan, Kaesang akan datang pada pukul 17.00 WIB.

"Ya rencananya hari Kamis jam 5 sore Mas Kaesang ke Golkar," tukas Dito di tempat yang sama dengan Airlangga.

Dia menjelaskan, kedatangan itu tidak berkaitan dengan wacana pencalonan Kaesang pada Pilkada Jakarta 2024.

"Mas Kaesang itu Ketum PSI, dan ini kan detik-detik sebelum Agustus, (pendaftaran) Pilkada. Pastinya kami sesama koalisi harus menyelaraskan jagoan-jagoan di Pilkada," terangnya.

Baca juga: Bebas, Pegi Tiba di Rumahnya di Cirebon Disambut Meriah Warga Desa

Terkait wacana keikutsertaan Kaesang pada Pilkada mendatang, dia mengembalikan keputusannya kepada Kaesang.

"Itu bergantung Mas Kaesang sendirilah, di mana pun kan surveinya bagus," imbuhnya.

Tingginya hasil survei elektabilitas Kaesang Pangarep di Jateng sejauh ini tidak membuat Partai Golkar membatalkan dukungannya kepada Irjen Pol Ahmad Luthfi pada Pilkada Jateng 2024.

Meski begitu, Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bapilu) Golkar Jateng M Iqbal menyatakan, pihaknya tidak menutup kemungkinan untuk membuat berbagai pertimbangan setelah nama Kaesang masuk bursa calon Gubernur Jateng.

Dia mengungkapkan, Ahmad Luthfi pun kini masih terus menjalin komunikasi dengan parpol lain mengingat Golkar hanya meraih 14 kursi di DPRD.

Baca juga: Perkosa Bocah 12 Tahun, Pemuda Penjual Es asal Boyolali Terancam 15 Tahun Penjara

"Ya nanti tentu saja ada pertimbangan, karena politik itu dinamis, bisa berubah, tapi saat ini Golkar masih tetap ingin mengajukan Irjen Luthfi," papar Iqbal, Selasa (9/7/2024).

"Pendaftaran (Pilkada 2024) masih lama," lanjutnya.

Lirikan sejumlah parpol dan tingginya elektabilitas Kaesang di Jateng tentu menjadi angin segar bagi PSI. Mereka kini tengah bersiap dengan berbagai kemungkinan pada Pilkada 2024.

"Tentu bersiap dengan segala instruksi, terutama kalau Mas Kaesang jadi maju di Jateng. Sampai hari ini belum ada intruksi dari DPP maupun Mas Kaesang," beber Ketua DPW PSI Jateng, Antonius Yogo Prabowo, Selasa (9/7/2024).

Walau demikian, lanjutnya, PSI butuh koalisi besar untuk mengusung Kaesang pada Pilkada mendatang.

Baca juga: Video Viral Penumpang Bus Primajasa Jatuh di Tol Cipularang, Jasa Marga: Diduga Lompat

"Kalau kami secara resmi belum berkontak dengan partai lain, kami menunggu arahan DPP, kalau ada instruksi untuk berkomunikasi dengan partai lain, akan kami lakukan," ungkap Antonius.

"Ya, kami sadar betul baru dapat dua kursi DPRD, dan syaratnya 24 kursi. Bila Mas Kaesang jadi maju di Jateng, kami harus berkoalisi," tegasnya.

Sementara itu, sang kakak yang sekaligus Wakil Presiden RI terpilih, Gibran Rakabuming Raka, lebih mendukung adik bungsunya itu maju sebagai calon Gubernur Jateng pada Pilkada 2024.

"Kaesang, jangan di Jakarta-lah," tutur Gibran di Gedung DPRD Kota Solo, Jateng, Senin (8/7/2024).

Pada kesempatan itu, Gibran juga menerangkan bahwa kunjungannya ke Jakarta belakangan ini bukan dalam rangka mendukung Kaesang maju ke Pilkada Jakarta.

Baca juga: Pria Ini Rutin Masuk Penjara Selama 8 Tahun, Kasusnya Selalu Sama

"Saya di Jakarta tidak ada hubungannya dengan Kaesang. Saya cuma cek (permasalahan) banjir. Ngapain endorse dia (Kaesang), tidak," tandasnya.

Berbeda dengan Gibran, sang Bapak, Presiden Jokowi tidak berkomentar banyak soal peluang Kaesang pada Pilkada Serentak 2024.

"Tugasnya orang tua itu hanya mendoakan," pungkas Jokowi seraya pergi, di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Senin (8/7/2024).

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Penyu Lekang Terdampar Lemas di Pantai Glagah, Satlinmas: Kurus, Berenangnya Tak Normal
Penyu Lekang Terdampar Lemas di Pantai Glagah, Satlinmas: Kurus, Berenangnya Tak Normal
Yogyakarta
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau