"Karangtaruna membentuk komunitas untuk mengkoordinir kelompok-kelompok di Pedukuhan bernama Gambira Mukti bulan Oktober 2023," kata dia.
Arti Gambira Mukti, kata Riko, bersungguh-sungguh. Dalam artian ingin mengedepankan hidup yang mulia.
"Dalam hal ini mengelola lingkungan di tempat tinggal kami," ungkap pemuda berkacamata ini.
Anggota karangtaruna sekitar 150 orang. Namun yang aktif di Gambira Mukti hanya 10 orang.
"Kita mencari orang yang konsisten. Kebanyakan usia di bawah 25 tahun," kata dia.
"Gambira Mukti mengelola sampah organik dan anorganik, tapi tahun 2024 fokus di organik dengan cara mengurai sampah organik menjadi maggot," ucap Riko.
Baca juga: 923 Ton Sampah Menumpuk di Sleman, Pemda DIY Turun Tangan
Pemuda lulusan Fakultas Dakwah ini menceritakan, awalnya di wilayah Padukuhan Priyan terdapat bank sampah, tetapi berhenti. Dirinya bersama komunitas mencoba mempelajari penyebab mandeknya bank sampah.
"Setelah dilakukan riset ternyata di bank sampah ketika warga mau setor sampah, pengurusnya nggak ada," kata dia.
Riko mengatakan, komunitas Gambira mukti lalu mengambil sampah dari rumah warga. Namun sebelumnya warga sudah diedukasi mengenai pemilahan sampah.
Warga diberikan empat karung untuk mengurai sampah mulai sampah plastik, besi, botol, hingga sampah kertas.
Lalu komunitas ini mengembangkan maggot, juga menampung sampah organik. Mereka membagikan ember, yang diambil seminggu sekali.
Saat ini, dari 500-an kepala keluarga yang ada di Padukuhan Priyan, sudah ada 125 Kepala Keluarga yang mengikuti program ini dari yang awalnya hanya 80-an KK.
Riko berkata, bertambahnya jumlah KK yang mengikuti program ini karena pengambilan sampah di lingkungan tempat tinggalnya sering macet akibat penutupan TPA Piyungan.
Cara unik yang dilakukan untuk meyakinkan masyarakat agar bisa mengelola sampah mandiri dengan memberikan kemudahan dan juga meyakinkan sedekah tidak hanya uang tetapi juga bisa sampah.
"Tapi kami sosialisasikan kalau ini sedekah, karena sedekah itu bukan hanya uang tapi bisa dalam bentuk sampah. Selain itu mereka tidak perlu bayar iuran sampah yang Rp 35-50 ribu perbulan," kata dia.