Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dampak Bencana Banjir di Semarang, Stasiun Tawang Lumpuh dan Pantura Macet

Kompas.com, 14 Maret 2024, 19:50 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Editor

KOMPAS.com - Banjir melumpuhkan Stasiun Tawang di Semarang, Jawa Tengah. Akibatnya sejumlah perjalanan dari dan menuju ke stasiun tersebut tertunda. Para penumpang pun mengaku kecewa dan terpaksa membatalkan perjalanannya. 

"Mau balik ke Jakarta, sampai depan (stasiun) banjir. Pas dicek teranyata kereta lumpuh total. Paya enggak tahu, yang pesen tiket bukan saya, untungnya refund cepat," ujar Joni Iskandar, salah satu penumpang yang ditemui di depan loket pemesanan tiket di Stasiun Tawang, Kamis (14/3/2024).

Baca juga: Cerita Korban Banjir Semarang, Tak Ada Aliran Listrik, Sahur Cuma Minum Saja

Hal senada juga dialami oleh Sari yang mengaku tak mendapat informasi dari PT KAI. Dirinya yang datang bersama anak perempuannya terpaksa menunda perjalanannya dan beralih ke Stasiun Poncol. 

"Saya enggak tahu, enggak merasa dapat pemberitahuan dari KAI," ujarnya. 

Baca juga: BMKG Sebut Banjir di Semarang Bukan Hanya Karena Cuaca Ekstrem

Macet di Pantura 

Sejumlah kendaraan melewati banjir yang merendam jalur pantura di Jalan Kaligawe Raya, Semarang, Jawa Tengah, Rabu (13/3/2024). Intensitas hujan yang tinggi dan meluapnya air sungai di sekitar ruas jalan di kawasan itu mengakibatkan banjir dengan ketinggian 40 cm - 1,5 meter sehingga menyebabkan lalu lintas dari Kota Semarang menuju Kabupaten Demak maupun sebaliknya terganggu.ANTARA FOTO/Makna Zaezar Sejumlah kendaraan melewati banjir yang merendam jalur pantura di Jalan Kaligawe Raya, Semarang, Jawa Tengah, Rabu (13/3/2024). Intensitas hujan yang tinggi dan meluapnya air sungai di sekitar ruas jalan di kawasan itu mengakibatkan banjir dengan ketinggian 40 cm - 1,5 meter sehingga menyebabkan lalu lintas dari Kota Semarang menuju Kabupaten Demak maupun sebaliknya terganggu.

Sementara itu, bencana banjir di Kota Semarang juga mengakibatkan Jalur Pantura, Demak, Jawa Tengah, macet hingga 16 kilometer (Km). 

Menurut Kasatlantas Polres Demak, AKP Lingga Ramadhani, ekor kemacetan di Pantura Demak saat ini sudah berada di depan SMAN 3 Demak. 

"Siang ini dari Demak menuju arah Kota Semarang terdapat kepadatan dan kemacetan hingga 16 kilometer," kata Lingga, melalui video yang diterima Kompas.com, Kamis (14/3/2024). 

Lalu arus lalu lintas juga terpantau padat di Jalur Pantura Demak-Semarang maupun arah sebaliknya. 

"Kemacetan akibat adanya genangan air atau banjir di wilayah Kaligawe, Kota Semarang," sambung dia. 

Sebagai antisipasi, dilakukan pengalihan arus lalu lintas menuju Jalan Wolter Monginsidi.  Untuk itu pihaknya juga berkolaborasi dengan Satlantas Polrestabes Kota Semarang. 

"Di Simpang Tiga Genuksari terdapat antrean kendaraan akibat antrean arus dari arah Demak menuju Semarang dialihkan menuju Jalan Wolter Monginsidi sehingga mengalami kepadatan," ungkap dia.

Sekolah terendam 

Sejumlah warga Tlogosari, Kota Semarang mengungsi di rumah warga yang lebih tinggi, Kamis (14/3/2024).KOMPAS.com/ Sabrina Mutiara Fitri Sejumlah warga Tlogosari, Kota Semarang mengungsi di rumah warga yang lebih tinggi, Kamis (14/3/2024).

Seperti diberitakan sebelumnya, banjir juga merendam puluhan sekolah di wilayah Semarang.

Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) terpaksa dihentikan dan dari data sementara Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Semarang terdapat 76 Sekolah Dasar (SD) di 10 kecamatan yang terdampak banjir. 

"Ada 76 SD yang terdampak banjir, terdiri dari 59 SD Negeri dan 17 SD Swasta," tutur Kabid SD Disdik Kota Semarang, Aji Nur Setiawan. 

Lalu ketinggian air di sejumlah SD itu juga bervariasi, mulai dari halaman sekolah, masuk ke ruang kelas, ruang guru, ruang komputer, bahkan ada pula yang terendam total.

"Siswa dapat diarahkan untuk belajar di rumah, pembelajaran daring atau kegiatan serupa lainnya," tutur dia.

(Penulis: Sabrina Mutiara Fitri | Editor: Gloria Setyvani Putri) 

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau