Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjelasan BPPTKG soal Rentetan Awan Panas Gunung Merapi

Kompas.com - 22/01/2024, 06:00 WIB
Wijaya Kusuma,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Gunung Merapi yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memasuki fase erupsi efusif sejak 4 Januari 2021.

Awan panas guguran di Gunung Merapi yang beberapa waktu ini sering terjadi dipicu oleh curah hujan yang tinggi di puncak. 

Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Agus Budi Santoso mengatakan, suplai magma di Gunung Merapi masih terus berlangsung. Hal tersebut berdasarkan data kegempaan maupun deformasi. 

"Kemudian dengan adanya curah hujan yang tinggi itu juga memicu keluarnya suplai magma tersebut ke permukaan. Kemudian membentuk awan panas seperti yang terjadi dalam beberapa hari terakhir ini," ujarnya, Minggu (21/1/2024). 

Baca juga: Erupsi Gunung Merapi, Sejumlah Wilayah di Boyolali Dilanda Hujan Abu


Baca juga: Masih Siaga, Gunung Merapi Keluarkan Rentetan Awan Panas Guguran, Jarak Luncur Maksimal 2.000 Meter

Pertumbuhan kubah lava

Luncuran awan panas Gunung Merapi terlihat dari Turi, Sleman, DI Yogyakarta, Sabtu (11/3/2023). BPPTKG mengimbau kepada masyarakat untuk mengungsi apabila cakupan wilayah awan panas guguran lebih dari 7 kilometer dari puncak. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah Luncuran awan panas Gunung Merapi terlihat dari Turi, Sleman, DI Yogyakarta, Sabtu (11/3/2023). BPPTKG mengimbau kepada masyarakat untuk mengungsi apabila cakupan wilayah awan panas guguran lebih dari 7 kilometer dari puncak.

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) saat ini masih menetapkan aktivitas Gunung Merapi pada Siaga (Level III). 

Agus mengaku masih mempertahankan status aktivitas Gunung Merapi pada Siaga. Sebab jarak luncur awan panas guguran masih berada di dalam radius bahaya yang direkomendasikan. 

"Jarak luncur dari awan panas yang selama ini terjadi masih di daerah potensi bahaya. Kalau misalnya itu sudah diperkirakan akan melebihi potensi bahaya dan akan berdampak ke pemukiman baru kita nanti evaluasi," tandasnya. 

Baca juga: Gunung Merapi Kembali Keluarkan Awan Panas Guguran, Estimasi Jarak Luncur 1.500 Meter

Diungkapkan Agus, status Siaga Gunung Merapi sudah berlangsung 3 tahun lebih sejak 5 November 2020.

Sampai dengan saat ini aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cukup tinggi berupa aktivitas erupsi efusif. 

"Ya (aktivitas Gunung Merapi) masih tinggi, yang seperti ini memang sudah menjadi perilakunya Merapi yang erupsi selama tiga tahun ini. Jadi aktivitasnya berupa pertumbuhan kubah lava, kemudian guguran awan panas sesekali, ada peningkatan suplai yang ketika keluar dia mengakibatkan kejadian rentetan awan panas dan yang seperti ini sudah beberapa kali terjadi," urainya. 

Menurut Agus, aktivitas erupsi efusif Gunung Merapi belum akan berakhir dalam waktu dekat. Sebab sampai saat ini suplai magma masih berlangsung. 

"Ini sudah menjadi kebiasaan Merapi selama tiga tahun ini dan yang penting jarak luncur dari awan panas ini tidak membahayakan penduduk di pemukiman," pungkasnya.

Baca juga: Jumat Pagi, Gunung Merapi Keluarkan Tiga Kali Awan Panas Guguran

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Awal Kemarau, Warga di Gunungkidul Mulai Beli Air Bersih Seharga Rp 170.000

Awal Kemarau, Warga di Gunungkidul Mulai Beli Air Bersih Seharga Rp 170.000

Yogyakarta
Persoalan Sampah di Yogyakarta Ditargetkan Kelar pada Juni 2024, Ini Solusinya...

Persoalan Sampah di Yogyakarta Ditargetkan Kelar pada Juni 2024, Ini Solusinya...

Yogyakarta
PPDB SMP Kota Yogyakarta 2024 Banyak Perubahan, Apa Saja?

PPDB SMP Kota Yogyakarta 2024 Banyak Perubahan, Apa Saja?

Yogyakarta
PPDB DIY, Standar Nilai Jalur Prestasi Diturunkan

PPDB DIY, Standar Nilai Jalur Prestasi Diturunkan

Yogyakarta
Golkar-PKB Koalisi di Pilkada Gunungkidul 2024, Sudah Ada Calon?

Golkar-PKB Koalisi di Pilkada Gunungkidul 2024, Sudah Ada Calon?

Yogyakarta
'Study Tour' Dilarang, GIPI DIY Khawatir Wisatawan Turun jika Pemerintah Tak Tegas

"Study Tour" Dilarang, GIPI DIY Khawatir Wisatawan Turun jika Pemerintah Tak Tegas

Yogyakarta
Jelang Idul Adha, Begini Cara Memilih Sapi Kurban Menurut Pakar UGM

Jelang Idul Adha, Begini Cara Memilih Sapi Kurban Menurut Pakar UGM

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Senin 20 Mei 2024, dan Besok : Cerah Berawan Sepanjang Hari

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Senin 20 Mei 2024, dan Besok : Cerah Berawan Sepanjang Hari

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Senin 20 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Senin 20 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Yogyakarta
Duka Keluarga Korban Pesawat Jatuh di BSD Serpong: Lebaran Kemarin Tak Sempat Pulang...

Duka Keluarga Korban Pesawat Jatuh di BSD Serpong: Lebaran Kemarin Tak Sempat Pulang...

Yogyakarta
Sejumlah Daerah Larang 'Study Tour', Pemda DIY Yakin Tak Pengaruhi Kunjungan Wisata

Sejumlah Daerah Larang "Study Tour", Pemda DIY Yakin Tak Pengaruhi Kunjungan Wisata

Yogyakarta
Ditemukan Selamat, 2 Nelayan Gunungkidul Disambut Tangis Haru Keluarga

Ditemukan Selamat, 2 Nelayan Gunungkidul Disambut Tangis Haru Keluarga

Yogyakarta
Hilang 2 Hari, Nelayan Ditemukan Terombang-ambing karena Mesin Kapal Rusak

Hilang 2 Hari, Nelayan Ditemukan Terombang-ambing karena Mesin Kapal Rusak

Yogyakarta
Kapal Karam, Nelayan di Gunungkidul Kirim Video kepada Petugas Minta Pertolongan

Kapal Karam, Nelayan di Gunungkidul Kirim Video kepada Petugas Minta Pertolongan

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Minggu 19 Mei 2024, dan Besok : Pagi hingga Siang Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Minggu 19 Mei 2024, dan Besok : Pagi hingga Siang Cerah Berawan

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com