Salin Artikel

Penjelasan BPPTKG soal Rentetan Awan Panas Gunung Merapi

Awan panas guguran di Gunung Merapi yang beberapa waktu ini sering terjadi dipicu oleh curah hujan yang tinggi di puncak. 

Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Agus Budi Santoso mengatakan, suplai magma di Gunung Merapi masih terus berlangsung. Hal tersebut berdasarkan data kegempaan maupun deformasi. 

"Kemudian dengan adanya curah hujan yang tinggi itu juga memicu keluarnya suplai magma tersebut ke permukaan. Kemudian membentuk awan panas seperti yang terjadi dalam beberapa hari terakhir ini," ujarnya, Minggu (21/1/2024). 

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) saat ini masih menetapkan aktivitas Gunung Merapi pada Siaga (Level III). 

Agus mengaku masih mempertahankan status aktivitas Gunung Merapi pada Siaga. Sebab jarak luncur awan panas guguran masih berada di dalam radius bahaya yang direkomendasikan. 

"Jarak luncur dari awan panas yang selama ini terjadi masih di daerah potensi bahaya. Kalau misalnya itu sudah diperkirakan akan melebihi potensi bahaya dan akan berdampak ke pemukiman baru kita nanti evaluasi," tandasnya. 

Diungkapkan Agus, status Siaga Gunung Merapi sudah berlangsung 3 tahun lebih sejak 5 November 2020.

Sampai dengan saat ini aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cukup tinggi berupa aktivitas erupsi efusif. 

"Ya (aktivitas Gunung Merapi) masih tinggi, yang seperti ini memang sudah menjadi perilakunya Merapi yang erupsi selama tiga tahun ini. Jadi aktivitasnya berupa pertumbuhan kubah lava, kemudian guguran awan panas sesekali, ada peningkatan suplai yang ketika keluar dia mengakibatkan kejadian rentetan awan panas dan yang seperti ini sudah beberapa kali terjadi," urainya. 

Menurut Agus, aktivitas erupsi efusif Gunung Merapi belum akan berakhir dalam waktu dekat. Sebab sampai saat ini suplai magma masih berlangsung. 

"Ini sudah menjadi kebiasaan Merapi selama tiga tahun ini dan yang penting jarak luncur dari awan panas ini tidak membahayakan penduduk di pemukiman," pungkasnya.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2024/01/22/060000878/penjelasan-bpptkg-soal-rentetan-awan-panas-gunung-merapi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke