Labuhan berasal dari kata labuh yang berarti larung, yakni membuang sesuatu ke dalam air (sungai atau laut).
Upacara adat Labuhan berarti memberi sesaji kepada roh halus yang berkuasa di suatu tempat.
Labuhan telah menjadi tradisi Kesultanan Yogyakarta sejak zaman dahulu, tepatnya pada saat Kerajaan Mataram Islam didirikan oleh Panembahan Senopati.
Upacara yang dilakukan pada waktu tertentu dilakukan dengan cara membuang benda-benda ke dalam air (sungai atau laut), gunung, maupun tempat khusus lainnya.
Baca juga: Tradisi Labuhan Merapi, Upacara Adat Sejak Era Kerajaan Mataram Islam
Benda-benda yang akan dilabuh antara lain benda-benda milik Sultan yang bertahta.
Penamaan gejog lesung berarti permainan musik yang bersaut-sautan.
Kata gejog berarti bersaut-sautan dan lesung berarti tempat menumbuk padi.
Gejog lesung dimainkan dengan cara dipukul-pukul menggunakan tongkat kayu yang bernama alu.
Gejog lesung dimainkan oleh empat atau lima orang. Kemeriahan seni musik tersebut tergantung dengan banyaknya lesung yang digunakan.
Kesenian gejog lesung mengekspresikan kegembiraan para petani pedesaan usai melaksanakan panen.
Gejog lesung di wilayah DIY berkembang di Kabupaten Bantul (berpusat di Imogiri), Kabupaten Gunung Kidul, (berpusat di Panggang), Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Kulon Progo.
Sumber:
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.