Mantan anggota DPRD Gunungkidul ini menjelaskan, beberapa lapis kain yang membungkus Cupu Panjala telah ditemukan puluhan pertanda yang sudah dibacakan.
Namun begitu, ia tidak mau mengartikan pertanda yang muncul tersebut.
Sebagai salah satu ahli waris pemilik Cupu Kyai Panjala, ia hanya bertugas menyampaikan gambaran yang ada.
"Keluarga trah tidak menafsirkan, apa isi maksud gambar yang muncul. Perlambangnya dikaitkan dengan situasi saat ini sampai nasional. Sekali lagi trah tidak boleh menafsirkan," kata Sutarpan.
Baca juga: Hadiri Tradisi Pengulasan Golok Ciomas, Al Muktabar Ajak Masyarakat Lestarikan Budaya Banten
Sementara itu juru kunci Cupu Ki Panjala, Dwidjo Sumarto mengatakan bahwa hasil bukaan Cupu Panja digunakan acuan masyarakat terkait musim tanam satu tahun ke depan.
Dwidjo adalah generasi ke-6 dari Kyai Panjolo sebagai pemilik 3 cupu atau guci kecil yang disakralkan.
Tradisi pembukaan Cupu Kyai Panjala awalnya dilaksanakan di daerah Temu Ireng di Kalurahan Girisuko, Panggang. Namun sejak 1957 hingga sekarang, pembukaan dilaksanakan di rumah Suwartoo yakni di Padukuhan Mendak, Girisekar.
"Tradisi ini sebagai warisan leluhur, hendaknya harus dijaga dan dilestarikan oleh generasi penerus," kata Dwijo.
Ia mengatakan untuk tahun ini, ada 57 simbol yang muncul, seperti gambar tikus, gambar garuda hingga gambar tokoh wayang.
"Saya baru pertama melihat tradisi ini, ternyata unik juga. Dapat makan, dan bisa melihat kerukunan warga," kata Hardono warga Kapanewon Playen, Gunungkidul.
Baca juga: 12 Tradisi Maulid Nabi di Indonesia, dari Sekaten hingga Mengayun Bayi
Terkait tradisi tersebut, Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) Kabupaten Gunungkidul Agus Mantara menjelaskan, penafsiran dari setiap gambar yang muncul pada kain pembungkus Cupu Panjala kembali lagi diserahkan kepada masing-masing individu.
Ia juga menyebut tradisi pembukaan Cupu Kyai Panjala harus terus dilestarikan.
"Bukaan Cupu Panjala, ini adalah tradisi yang wajib dijaga," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.