Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Kekeringan di Bantul, Tunggu Jatah Giliran Air Capai 2-3 Hari

Kompas.com, 20 Oktober 2023, 14:23 WIB
Markus Yuwono,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DI Yogyakarta merilis wilayah terdampak hari tanpa hujan (HTH) paling banyak wilayah Bantul. Salah satu wilayah yang disebutkan kekeringan ekstrem yang pertama di Kapanewon Dlingo.

Kompas.com pun mengunjungi salah satu wilayah terdampak kekeringan, yakni di Padukuhan Gayam, Kalurahan Jatimulyo, Kapanewon Dlingo. Padukuhan berada di perbukitan berbatasan dengan Kabupaten Gunungkidul ini tak jauh berbeda dengan wilayah lainnya.

Hanya saja terdapat bak penampungan dan pipa yang tersambung di rumah penduduk. Dukuh Gayam, Badaruddin membenarkan wilayahnya salah satu terdampak kekeringan.

Baca juga: Krisis Air Bersih di Tangsel Meluas, 10 Kelurahan Dilanda Kekeringan

"Tahun ini lebih parah dibandingkan tahun 2019 lalu," kata Badarudin di rumahnya Jumat (20/10/2023).

Pada 2019 lalu, dampak kekeringan hanya sebentar dirasakan. Tetapi tahun ini, sudah dirasakan sejak beberapa bulan terakhir, dan sumber air mulai surut atau ada yang berkurang.

Dikatakannya, untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, warga mengandalkan sumur resapan di pinggir sungai Kalijoko. DI pinggir sungai dibuat resapan sedalam 3 meter, dengan panjang 4,5 meter, lebar 3 meter.

Air sungai itu disedot dan disalurkan kepada rumah warga, dan ditampung di masing-masing rumah. Total ada 103 KK dengan 315 jiwa di Padukuhan Gayam.

"Tapi saat ini tidak bisa setiap hari. Dari sungai hanya mampu dua sampai tiga hari sekali disedot airnya. Kita gunakan sistem gilir misal hari ini RT 2, dua hari kemudian RT 1 dan RT 3," kata Badaruddin.

Selain itu, pihaknya juga mengandalkan bantuan dari pihak ketiga untuk mendapatkan air bersih. Mulai dari bantuan pemerintah kabupaten, CSR, hingga pihak warga yang peduli.

Baca juga: Kekeringan, Warga Buton Tengah Harus Menyeberangi Lautan demi Dapatkan Air Bersih

Air ditampung di penampungan komunal, lalu disalurkan ke rumah penduduk.

"Penampungan air bisa menampung tiga tangki, satu tangkinya Rp 250.000. Itu juga digilir, jadi bisa merata di setiap warga," kata dia.

Badaruddin yang juga pengurus badan koordinasi pembangunan pengelolaan air bersih di Kalurahan Jatimulyo mengatakan, jika warga mulai menghemat air bersih. Tak jarang ada yang mencuci pakaian atau mandi di Sungai Oya yang tidak jauh dari Padukuhan Gayam.

Adapun untuk mengurangi dampak kekeringan, pihaknya juga berkoordinasi dengan lembaga dalam pembuatan sumur bor. Sebab, di wilayahnya belum ada sumur bor.

"Untuk padukuhan Semuten sudah ada sumur bor, nanti di sini dicari dulu nanti. Di Jatimulyo ada tiga padukuhan terdampak kekeringan yakni Gayam, Semuten, dan Maladan," kata dia.

Baca juga: Cerita Warga di Sumenep Hadapi Kekeringan Ekstrem: Jalan 3 Kilometer demi Air Bersih

"Untuk padukuhan yang lain sudah ada PDAM, tapi ya kemungkinan jika hujan tidak turun sampai Januari (2024) dampaknya meluas," ucap Badaruddin.

Sebelumnya, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengalami hari tanpa hujan (HTH) terlama dalam 5 tahun terakhir

Kepala Stasiun Klimatologi, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) DIY, Reni Kraningtyas mengatakan Stasiun Klimatologi telah melakukan monitoring hari tanpa hujan di wilayah DIY, hasilnya hari tanpa hujan di DIY sudah lebih dari 60 hari.

"Monitoring hari tanpa hujan (HTH) di wilayah hujan kita sudah mengalami hari tanpa hujan terpanjang kita sudah alami hth lebih dari 60 hari ke atas," ujar Reni saat ditemui di kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY, Kamis (19/10/2023).

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau