Salin Artikel

Cerita Kekeringan di Bantul, Tunggu Jatah Giliran Air Capai 2-3 Hari

Kompas.com pun mengunjungi salah satu wilayah terdampak kekeringan, yakni di Padukuhan Gayam, Kalurahan Jatimulyo, Kapanewon Dlingo. Padukuhan berada di perbukitan berbatasan dengan Kabupaten Gunungkidul ini tak jauh berbeda dengan wilayah lainnya.

Hanya saja terdapat bak penampungan dan pipa yang tersambung di rumah penduduk. Dukuh Gayam, Badaruddin membenarkan wilayahnya salah satu terdampak kekeringan.

"Tahun ini lebih parah dibandingkan tahun 2019 lalu," kata Badarudin di rumahnya Jumat (20/10/2023).

Pada 2019 lalu, dampak kekeringan hanya sebentar dirasakan. Tetapi tahun ini, sudah dirasakan sejak beberapa bulan terakhir, dan sumber air mulai surut atau ada yang berkurang.

Dikatakannya, untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, warga mengandalkan sumur resapan di pinggir sungai Kalijoko. DI pinggir sungai dibuat resapan sedalam 3 meter, dengan panjang 4,5 meter, lebar 3 meter.

Air sungai itu disedot dan disalurkan kepada rumah warga, dan ditampung di masing-masing rumah. Total ada 103 KK dengan 315 jiwa di Padukuhan Gayam.

"Tapi saat ini tidak bisa setiap hari. Dari sungai hanya mampu dua sampai tiga hari sekali disedot airnya. Kita gunakan sistem gilir misal hari ini RT 2, dua hari kemudian RT 1 dan RT 3," kata Badaruddin.

Selain itu, pihaknya juga mengandalkan bantuan dari pihak ketiga untuk mendapatkan air bersih. Mulai dari bantuan pemerintah kabupaten, CSR, hingga pihak warga yang peduli.

Air ditampung di penampungan komunal, lalu disalurkan ke rumah penduduk.

"Penampungan air bisa menampung tiga tangki, satu tangkinya Rp 250.000. Itu juga digilir, jadi bisa merata di setiap warga," kata dia.

Badaruddin yang juga pengurus badan koordinasi pembangunan pengelolaan air bersih di Kalurahan Jatimulyo mengatakan, jika warga mulai menghemat air bersih. Tak jarang ada yang mencuci pakaian atau mandi di Sungai Oya yang tidak jauh dari Padukuhan Gayam.

Adapun untuk mengurangi dampak kekeringan, pihaknya juga berkoordinasi dengan lembaga dalam pembuatan sumur bor. Sebab, di wilayahnya belum ada sumur bor.

"Untuk padukuhan Semuten sudah ada sumur bor, nanti di sini dicari dulu nanti. Di Jatimulyo ada tiga padukuhan terdampak kekeringan yakni Gayam, Semuten, dan Maladan," kata dia.

"Untuk padukuhan yang lain sudah ada PDAM, tapi ya kemungkinan jika hujan tidak turun sampai Januari (2024) dampaknya meluas," ucap Badaruddin.

Sebelumnya, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengalami hari tanpa hujan (HTH) terlama dalam 5 tahun terakhir

Kepala Stasiun Klimatologi, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) DIY, Reni Kraningtyas mengatakan Stasiun Klimatologi telah melakukan monitoring hari tanpa hujan di wilayah DIY, hasilnya hari tanpa hujan di DIY sudah lebih dari 60 hari.

"Monitoring hari tanpa hujan (HTH) di wilayah hujan kita sudah mengalami hari tanpa hujan terpanjang kita sudah alami hth lebih dari 60 hari ke atas," ujar Reni saat ditemui di kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY, Kamis (19/10/2023).

https://yogyakarta.kompas.com/read/2023/10/20/142320478/cerita-kekeringan-di-bantul-tunggu-jatah-giliran-air-capai-2-3-hari

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com