"Bambu ditancap keliling ladang. Biasanya saya menanam tela, kacang, jagung, kedelai, dan padi," katanya.
Sementara itu, KRT Zhuban Hadiningrat selaku Pengirit Urusan Pengulon Keraton Yogyakarta menjelaskan prosesi grebeg ini sebagai bentuk syukur atas kelahiran Nabi Muhammad SAW.
"Harapannya saat di akhirat mendatang mendapatkan syafaat dari Nabi Muhammad, di dunia juga dapat barokah," jelas Zhuban.
Lalu soal rayahan atau berebut isi gunungan yang dilakukan oleh masyarakat, Zhuban mengatakan bahwa setiap event yang bersifat ritual termasuk Grebeg Maulud mengandung keberkahan.
"Keberkahan jatuh kepada dirinya, dirinya bisa sehat. Jatuh pada putranya jadi cerdas, soleh, kalau jatuh ke hartanya jadi berkah," kata dia.
Baca juga: Ada Pasukan Gajah Saat Grebeg Maulud Keraton Yogyakarta, Drone Dilarang Terbang
"Ada kayu (saat grebeg), ditanam di tanah mungkin padinya bisa menjadi subur, terhindar penyakit, dan hasilnya berlipat ganda," kata dia.
Kahartakan Urusan Pengulon Keraton Yogyakarta Riya Sarihartakadipura menjelaskan bahwa gunungan ini sebagai bentuk sedekah raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X kepada rakyatnya.
"Bentuknya memang sedekah. Ada juga yang datang dari Boyolali ngerayah (berebut) itu atas permintaan tetua di sana, agar saat Keraton Yogyakarta mengadakan grebeg diminta datang. Supaya tentram kalau ada bawaan dari Keraton Yogyakarta," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.