Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sukamto Sulap Gedebok Pisang Jadi Karya Seni yang Bernilai Ekonomi

Kompas.com - 13/09/2023, 05:00 WIB
Markus Yuwono,
Dita Angga Rusiana

Tim Redaksi

YOGYAKARTA,KOMPAS.com - Sukamto, warga Jeruklegi, Katongan, Nglipar, Gunungkidul, DI Yogyakarta, berhasil mengolah sampah menjadi benda seni yang bernilai ekonomis. Batang atau gedebok dan daun pisang yang biasanya dijadikan pakan ternak diubah menjadi lukisan.

Berbeda dengan lukisan dengan media kanvas yang menggunakan cat, Sukamto menggunakan daun dan batang pisang sebagai pengganti cat. Adapun untuk kanvas diganti dengan triplek.

Gedebok dan daun pisang, dipotong menggunakan pisau cutter. Potongan tersebut ditempel mengikuti apa pola ingin dilukis, seperti kaligrafi, hewan, dan pemandangan.

Baca juga: Sayap Garuda IKN Karya Nyoman Nuarta Dikirim dari Bandung, Ditargetkan Mei 2024 Selesai

"Saya ingin memanfaatkan limbah, untuk gedebok basah biasanya saya gunakan untuk pakan kebetulan punya kambing. Sementara untuk yang kering biasanya dibakar atau dibuang," kata Sukamto ditemui di rumahnya akhir pekan lalu.

Di sela kesibukannya sebagai petani, dirinya menggunakan imajinasinya untuk menyalurkan hobi seninya. Setiap hari, meluangkan waktu untuk memotong dan menempelkan pola yang dikehendakinya.

Teras rumah digunakan sebagai tempat bekerjanya. Suasananya pun cukup mendukung karena berada di tengah pedesaan yang tidak banyak dilalui kendaraan. Selain itu, keheningan membuat dirinya lebih berkonsentrasi dalam membuat karya.

Ruang tamunya diubah menjadi galeri lukisan gedebok pisang tersebut. Belasan karya sudah terbingkai rapi terpasang apik di rumah bercat warna hijau itu. Tampak lukisan kaligrafi, elang memburu mangsanya dan pemandangan.

"Sebenarnya saya menekuni lukis sejak tahun 2000 an, awalnya menggunakan cat dan kanvas. Lalu saya ubah memanfaatkan sampah di sekitar rumah," kata pria yang pernah bekerja di perusahaan telekomunikasi ini.

Jika waktunya luang, dia bisa menyelesaikan empat sampai lima karya. Namun hal itu tidak bisa diprediksi karena saat panen tiba maka waktunya untuk melukis pasti berkurang.

Karya yang dijual harganya rata-rata di atas Rp 2 juta. Lukisannya pernah laku hingga Jakarta, dan kota lainnya di Indonesia.

Sebagai warga desa yang cukup jauh dari pusat kota, dia mengaku tidak memiliki jaringan cukup kesulitan untuk pemasaran.

Baca juga: Dipopulerkan Maestro Keroncong Waldjinah, Batik Walangkekek Solo Ikut Pameran Karya Kreatif di Jakarta

"Memang saat ini terkendala untuk pemasaran, kemarin dibantu dinas perdagangan Gunungkidul masuk di website nya, semoga bisa semakin meluas pemasarannya," kata Sukamto.

Kepala Dinas Perdagangan Gunungkidul Kelik Yuniantoro mengatakan pihaknya berupaya memberikan peluang bagi UMKM untuk mengenalkan produknya melalui laman umkm gunungkidul. Selain itu, juga sudah ada aplikasi belanja produk lokal.

Harapannya, dengan adanya laman dan aplikasi khusus UMKM bisa meningkatkan penjualan. Sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

"Sesuai arahan Bupati untuk memajukan UMKM maka kita redesain laman gerbang pak probo sebelumnya, sehingga bisa mudah diakses," kata Kelik. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Lagi, Lahan Bekas Tambang di Gunungkidul Jadi Lokasi Pembuangan Sampah Ilegal

Lagi, Lahan Bekas Tambang di Gunungkidul Jadi Lokasi Pembuangan Sampah Ilegal

Yogyakarta
Desentralisasi Sampah di DIY, TPST 3R Kota Yogyakarta Dinilai Belum Siap

Desentralisasi Sampah di DIY, TPST 3R Kota Yogyakarta Dinilai Belum Siap

Yogyakarta
Pelaku Pelecehan Payudara di Gunungkidul Ditangkap, Motifnya Dendam kepada Perempuan

Pelaku Pelecehan Payudara di Gunungkidul Ditangkap, Motifnya Dendam kepada Perempuan

Yogyakarta
ASN Tersangka Kasus Pelecehan Seksual di Gunungkidul Diberhentikan Sementara

ASN Tersangka Kasus Pelecehan Seksual di Gunungkidul Diberhentikan Sementara

Yogyakarta
Kementerian Baru Dikhawatirkan untuk Bagi-bagi Jabatan, Ini Kata Mahfud MD

Kementerian Baru Dikhawatirkan untuk Bagi-bagi Jabatan, Ini Kata Mahfud MD

Yogyakarta
Prabowo Menang, Warga Sleman Yogyakarta Jalan Kaki ke Monas untuk Sujud Syukur

Prabowo Menang, Warga Sleman Yogyakarta Jalan Kaki ke Monas untuk Sujud Syukur

Yogyakarta
Bocah di Sleman Tertembak Senapan Angin, Polisi Kejar Pelaku

Bocah di Sleman Tertembak Senapan Angin, Polisi Kejar Pelaku

Yogyakarta
Mahasiswa PTS di Sleman Tewas Usai Latihan Bela Diri, Polisi Sebut Kena Tendangan Sabit

Mahasiswa PTS di Sleman Tewas Usai Latihan Bela Diri, Polisi Sebut Kena Tendangan Sabit

Yogyakarta
Detik-detik Damkar Klaten Evakuasi Anak Sapi Seberat 100 Kg dari Sumur 7 Meter

Detik-detik Damkar Klaten Evakuasi Anak Sapi Seberat 100 Kg dari Sumur 7 Meter

Yogyakarta
Jelang Idul Adha 2024, Peternak Sapi di Sragen Rugi Rp 50 Juta akibat PMK

Jelang Idul Adha 2024, Peternak Sapi di Sragen Rugi Rp 50 Juta akibat PMK

Yogyakarta
Pemda DIY Usulkan 2.944 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Formasi Apa Saja?

Pemda DIY Usulkan 2.944 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Formasi Apa Saja?

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Rabu 8 Mei 2024, dan Besok : Siang Ini Cerah

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Rabu 8 Mei 2024, dan Besok : Siang Ini Cerah

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Rabu 8 Mei 2024, dan Besok : Siang Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Rabu 8 Mei 2024, dan Besok : Siang Cerah Berawan

Yogyakarta
Seorang Pekerja Tertimpa Bangunan Proyek Revitalisasi Benteng Keraton, Ini Kata Pemda DIY

Seorang Pekerja Tertimpa Bangunan Proyek Revitalisasi Benteng Keraton, Ini Kata Pemda DIY

Yogyakarta
Pemda DIY Segera Buka Kanal Aduan Layanan Publik dan Sampah, Berikut Informasinya

Pemda DIY Segera Buka Kanal Aduan Layanan Publik dan Sampah, Berikut Informasinya

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com