Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Penolakan, Refly Harun Dilempar Botol Air Mineral dalam Diskusi di Sleman

Kompas.com, 8 September 2023, 18:57 WIB
Wijaya Kusuma,
Khairina

Tim Redaksi

YOGYAKARTA,KOMPAS.com - Acara diskusi publik dengan menghadirkan pembicara antara lain Rocky Gerung, Refly Harun dan Saut Situmorang di Kopi Nuri Condongcatur, Kabupaten Sleman tetap berlangsung, Jumat (8/9/2023).

Saat acara diskusi, salah satu pembicara, Refly Harun menjadi korban aksi pelemparan botol air mineral. 

Para peserta tampak mengikuti diskusi publik yang digelar di Kopi Nuri Condongcatur, Kabupaten Sleman. Pembicara pun tampak hadir mulai dari Rocky Gerung, Refly Harun dan Saut Situmorang. 

Baca juga: Fadli Zon hingga Refly Harun Bakal Bersaksi Dalam Sidang Bahar Bin Smith

Tampak pula sejumlah orang yang menolak kehadiran Rocky Gerung dan Refly Harun berteriak-teriak dari area persawahan yang tepat berada sebelah utara lokasi diskusi.

Beberapa anggota kepolisian pun tampak membuat barisan agar sejumlah orang yang menolak tidak masuk ke acara diskusi. 

Saat Rocky Gerung menyampaikan materinya, tiba-tiba ada aksi pelemparan botol mineral dari area persawahan yang tepat berada di sisi utara tempat diskusi.

Botol tersebut mengenai bagian leher salah satu pembicara yakni Refly Harun yang sedang duduk di depan. 

"Yang melempar tadi diambil, yang melempar tadi diambil. Kalau tidak kita akan lapor ke Kapolri, ini negara hukum," ujar mantan Pimpinan KPK Saut Situmorang merespon Refly Harun yang menjadi korban aksi pelemparan botol mineral, Jumat (8/09/2023). 

Refly Harun pun yang menjadi korban pelemparan pun melalui pengeras suara, mengatakan aksi protes boleh saja. Namun tidak dengan tindakan kekerasan. 

"Saya sudah bilang kita tidak main kekerasan, boleh protes tetapi ketika anda melemparkan sesuatu dan kena saya itu menjadi persoalan. Silahkan ditindak," ucap Refly Harun. 

Meski terjadi aksi pelemparan, diskusi tetap dilanjutkan. Rocky Gerung pun tampak kembali melanjutkan materinya. 

Baca juga: Komentari Rocky Gerung, Menkumham: Apakah Kita Membiarkan Presiden Dicaci Maki...

Usai diskusi tampak para peserta yang membuat barikade untuk melindungi pembicara Rocky Gerung, Refly Harun dan Saut Situmorang.

Para pembicara ini berjalan meninggalkan lokasi melalui jalan belakang melewati area persawahan. Anggota kepolisian pun tampak turut menjaga menuju lokasi parkir. 

Akhirnya para pembicara pun sampai di lokasi parkir. Sebelum meninggalkan lokasi, sejumlah mahasiswa tampak meminta berfoto dengan para pembicara. 

Saat ditanya terkait menjadi korban pelemparan, pakar hukum Refly Harun mengaku prihatin dengan aksi pelemparan tersebut. 

"Ya memprihatinkan, masak Yogyakarta yang dikenal sebagai Kota Pelajar begini. Yogyakarta itu kota intelektual," ucap Refly Harun. 

Refly Harun menegaskan datang sebagai pembicara untuk berdiskusi. 

"Salah saya apa? Saya ke sini kan ibaratnya mau berdiskusi dan lain sebagainya," tuturnya. 

Terkait apakah akan melaporkan aksi pelemparan tersebut, Refly Harun mengaku masih akan mempertimbangkan. 

"Saya kira nanti akan kita pertimbangkan. Karena tadi kita kan tidak tahu siapa yang melakukan pelemparan, kecuali kita ada bukti kan. Tapi mestinya Pak Polisi tahu. Saya kan orang yang tidak mau merepotkan orang lain sebetulnya," urainya. 

Refly Harun mengungkapkan peristiwa pelemparan botol mineral saat diskusi dapat menjadi pelajaran.

Agar apapun kondisinya, termasuk saat dalam kondisi marah jangan sampai melakukan tindak kekerasan. 

"Jadi maksud saya, semarah-marahnya kita itu jangan sampai melakukan kekerasan. Orang yang melakukan kekerasan itu pasti nggak bener. Apalagi masalahnya terkait sama Rocky Gerung, nggak ada sama saya," ungkapnya. 

Terkait dengan dirinya yang juga turut ditolak, Refly Harun mengaku heran. 

"Iya saya juga heran, apa salah saya dengan rakyat Yogya, dengan beliau. Kan saya tidak melakukan apapun, kalau itu ada di channel saya kan semua channel republik ini juga memuat itu," jelasnya. 

Sementara itu terkait dengan aksi penolakan, Roky Gerung menyampaikan semua orang berhak menyampaikan aspirasinya. Asalkan tidak menggunakan aksi kekerasan. 

"Semua berhak mengekspresikan baik dalam bentuk pikiran maupun demonstrasi. Asal tidak pakai kekerasan, tadi ada kekerasan itu tidak bagus," ucap Rocky Gerung saat ditemui usai acara diskusi. 

Seperti diketahui, Rocky Gerung menjadi salah satu pembicara dalam diskusi publik yang digelar di Kopi Nuri, Condongcatur, Kabupaten Sleman Jumat (8/9/2023). 

Ketua Umum Pimpinan Cabang Ikatan Muda Muhammadiyah Bulaksumur-Karangmalang (PC IMM BSKM) Muhammad Sulchan Fathoni mengatakan pembicara yang akan hadir dalam diskusi publik ada Rocky Gerung, Refly Harun, Ketua BEM KM UGM Gielbran M Noor, dan Saut Situmorang. 

"Akan hadir semua , kecuali Pak Awalli (Awalli Rizky) yang baru tidak enak badan," ujar Ketua Umum Pimpinan Cabang Ikatan Muda Muhammadiyah Bulaksumur-Karangmalang (PC IMM BSKM) Muhammad Sulchan Fathoni saat ditemui di lokasi, Jumat (8/9/2023). 

Muhammad Sulchan Fathoni menyampaikan ada tiga poin yang akan  didiskusikan. Pertama, mengenal korupsi sebagai akar permasalahan dari banyaknya masalah di republik ini. Kedua, mengenal bagaimana menangani korupsi dengan pendekatan-pendekatan baru. Ketiga, ingin mengetahui bagaimana korupsi telah melanggar dan menghancurkan demokrasi di Indonesia. 

Rocky Gerung dipilih menjadi pembicara, lanjut Muhammad Sulchan Fathoni, karena salah satu akademisi. 

"Pak Rocky (Rocky Gerung) itu mau tidak mau itu adalah akademisi yang sangat dihargai di kalangan akademik," ucapnya. 

Terkait adanya penolakan kedatangan Rocky Gerung, Muhammad Sulchan Fathoni mengungkapkan menghargai kebebasan berpendapat. 

"Menghargai segala bentuk kebebasan berpendapat, tapi jangan juga ada yang melanggar kebebasan kami untuk belajar," urainya. 

"Di sini kita hanya ingin belajar, di sini kita cuman mau mendengar apa yang ingin disampaikan oleh para akademisi, praktisi dan teman-teman semua. Karena di sini diskusi publik," imbuhnya. 

Sementara itu sejumlah orang melakukan aksi penolakan terhadap Roky Gerung. Satu spanduk pun tampak terbentang di depan dengan tulisan "Yogyakarta Kota Pelajar, Budaya Bermartabat. Tolak dan usir Rocky Gerung & Refly Harun" 

Fajar dari Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu (PNIB) mengatakan menolak Rocky Gerung untuk datang menjadi pembicara. 

"Kami hari ini jelas seperti kemarin menghalau Rocky Gerung untuk datang di acara," ujar Fajar saat ditemui di lokasi. 

Fajar menuturkan memang sudah ada permintaan maaf dari Roky Gerung. Permintaan maaf itu juga di-publish

"Tapi apa yang kami lakukan juga untuk keberlangsungan hukum berjalan," tandasnya. 

Menurutnya, pihaknya datang bukan untuk menghalangi acara diskusi. Namun pihaknya tidak ingin Rocky Gerung datang. 

"Silakan acara ini, kami izinkan silakan acara belangsung. Tapi jangan sampai dua nama itu masuk," ucapnya. 

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Penyu Lekang Terdampar Lemas di Pantai Glagah, Satlinmas: Kurus, Berenangnya Tak Normal
Penyu Lekang Terdampar Lemas di Pantai Glagah, Satlinmas: Kurus, Berenangnya Tak Normal
Yogyakarta
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau