Dia pernah ditawari bantuan Rp 10 juta agar pindah oleh pihak Kalurahan. Namun dirinya belum mampu mencari tambahan anggaran untuk membangun rumah.
"Saat ini saya tinggal bersama istri dan seorang anak yang masih sekolah. Dua anak saya sudah menikah tinggal di bawah," kata dia.
Pemilik tanah yang dibeli Tupan, Warno Suwito mengaku kasihan dengan keluarga yang masih tinggal di atas bukit. Dia pun merelakan tanahnya dibeli Tupan dengan harga di bawah pasaran.
Baca juga: Modus Penipuan Maba Palsu di Makassar, Cari Simpati dengan Cerita Sedih, lalu Tilep Barang Berharga
"Saya kasihan, belinya pun tidak sesuai harga. Tapi tidak apa-apa," kata Warno.
Lurah Kampung, Suparna membenarkan masih ada dua rumah di atas bukit. Dia mengatakan yang terakhir pindah ada dua kepala keluarga pada tahun 2020 lalu.
Dikatakannya, Tupan sebenarnya sudah memiliki lahan di dataran yang lebih rendah. Dia membeli dari warga dengan harga jauh dibawah dari harga pasaran.
"Mereka warga kurang mampu. Sementara kemampuan dana desa memberikan bantuan hanya Rp 10 juta, dan itu tidak cukup untuk membangun rumah. Beliau tidak mau karena tidak cukup membangun rumah," kata Suparna.
Baca juga: Cerita Sekdes di Banten Terjerat Pinjol karena Gaji 5 Bulan Tak Dibayar
Suparna sebenarnya kasihan kepada warganya itu, karena tergolong tidak mampu. Apalagi saat ini muncul serangan monyet ekor panjang.
"Monyet ekor panjang yang saat ini menyerang kasihan sekali," kata dia.
Diceritakan Suparna, pada tahun 2019 lalu, orang tua Tupan yakni Mbah Markiyem hilang. Sampai saat ini tidak ditemukan, meski saat itu puluhan relawan sudah dikerahkan.
Saat ini pihaknya tengah berkomunikasi dengan Pemerintah DIY untuk mencari solusi terkait dua warga tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.