Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bangsal Srimanganti, Tempat Pementasan Kesenian di Keraton Yogyakarta

Kompas.com, 9 Juli 2023, 22:59 WIB
Puspasari Setyaningrum

Editor

KOMPAS.com - Kompleks Keraton Yogyakarta dengan arsitektur Jawa yang kental terdiri dari beberapa ruang terbuka dan bangunan, salah satunya adalah Bangsal Srimanganti.

Keraton Yogyakarta didirikan Sri Sultan Hamengku Buwono I, pada tahun 1775 dengan luas 14.000 meter persegi.

Proses pembangunan berlangsung hingga hampir satu tahun, hingga pada tanggal 7 Oktober 1756 Sri Sultan Hamengku Buwono I beserta keluarga dan para pengikutnya memasuki Keraton Yogyakarta.

Baca juga: Siti Hinggil, Tempat Singgasana Sultan di Keraton Yogyakarta

Dilansir dari laman jogjacagar.jogjaprov.go.id, Bangsal Srimanganti merupakan salah satu komponen kelengkapan dari Kraton Yogyakarta yang dibangun oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I.

Letak Bangsal Srimanganti berada di Kompleks Srimanganti, atau di sebelah selatan kompleks Kemandungan dan dihubungkan oleh Regol Srimanganti.

Bangsal Srimanganti berfungsi sebagai persinggahan Sultan pada saat akan kembali ke Kedhaton, di mana Sultan akan dihaturkan minuman dan dijemput oleh permaisuri dan putra-putra sultan.

Baca juga: Kisah Abdi Dalem Mertolulut, Algojo Keraton Yogyakarta yang Melakukan Eksekusi Atas Perintah Raja

Menurut K.P.H. Brongtodiningrat, Bangsal Srimanganti menggambarkan saat manusia akan menginjak alam barzah.

Persinggahan di Bangsal Srimanganti untuk minum dan istirahat mengingatkan bahwa kehidupan manusia di dunia ibarat ‘mampir ngombe’ (mampir minum).

Baca juga: Mengenal Abdi Dalem Keraton Yogyakarta: Tugas, Pangkat, Pengangkatan, hingga Pemberhentian

Sejarah Bangsal Srimanganti

Bangsal Srimanganti semula berfungsi sebagai bangsal umum, sampai pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono V bangsal ini difungsikan sebagai tempat menerima tamu yang sekaligus sebagai tempat pertunjukan tari-tarian.

Setelah itu, tempat menerima tamu berpindah ke Bangsal Kencana (untuk tamu agung).

Pada saat keraton mempunyai hajat besar, bangsal ini digunakan untuk tempat bagi para bangsawan dan kerabat kerajaan.

Bangunan selasar beratap di sisi timur Bangsal Srimanganti pada awalnya berupa tratag beratap anyaman bambu, yang mana bentuk ini disebut Pantiwarsa.

Bangunan ini kemudian dipugar oleh Sultan Hamengku Buwana VIII dengan mengganti atap anyaman bambu menjadi seng gelombang dan lantai tegel bermotif, kemudian berganti nama menjadi Pantiwarda.

Fungsi bangunan ini sebagai pelindung aksesibilitas antara Regol Srimanganti dengan Kori/ Regol Danapratapa.

Sekarang di lokasi ini menjadi tempat beberapa pusaka keraton yang berupa alat musik gamelan dan difungsikan untuk penyelenggaraan event pariwisata di lingkungan keraton.

Perbaikan-perbaikan ringan kemudian dilakukan sebagai kegiatan pemeliharaan rutin yang dilakukan oleh Keraton Yogyakarta.

Perbaikan dalam skala besar atau total dalam bentuk kegiatan rehabilitas, baru dilaksanakan pada tahun 2018 oleh Dinas Kebudayaan DIY.

Para penari Bedhaya Sapta yang merupakan salah satu tari klasik Yasan Dalem (karya) Sri Sultan Hamengku Buwono IX saat berfotodi Bangsal Srimanganti.kratonjogja.id Para penari Bedhaya Sapta yang merupakan salah satu tari klasik Yasan Dalem (karya) Sri Sultan Hamengku Buwono IX saat berfotodi Bangsal Srimanganti.

Arsitektur Bangsal Srimanganti

Bangsal Srimanganti memiliki gaya arsitektur khas Jawa yaitu joglo.

Pada bagian atap joglo yang bertumpuk tiga, hanya atap yang paling atas dengan atap kedua dibatasi oleh struktur lambang gantung.

Susunan joglo seperti ini dalam arsitektur jawa sering disebut dengan Joglo Mangkurat.

Pada bagian langit-langit terdapat susunan tumpang sari di atas saka guru, sementara usuknya berbentuk paniyung yang mengerucut ke satu titik di puncak atap.

Susunan lantainya terbagi menjadi dua, yaitu lantai dasar dengan dikelilingi tiang-tiang penyangga dan lantai yang ditinggikan dengan empat saka guru yang mengelilinginya.

Empat saka guru tersebut memiliki tinggi 6,28 m dengan penampang 30 cm x 30 cm. Sementara 12 saka penanggap berukuran tinggi 2,72 m dengan penampang 22 cm x 22 cm.

Ada pula 20 saka penitih berukuran tinggi 1,70 m dengan penampang 18 cm x 18cm. Terdapat pula 8 buah saka santen berukuran tinggi 2,70 m dan penampang bulat berdiameter 17 cm.

Masing-masing saka santen ini terdapat dua buah di sisi utara dan sisi selatan pada blandar penanggap pamanjang dan blandar emper pamanjang.

Semua tiang di cat hitam dan memiliki ornamen Wajikan dicat perada di setiap sisinya, serta memiliki umpak batu berornamen padma (kecuali saka santen yang tidak memiliki ornamen Wajikan dan umpak).

Susunan lantai Bangsal Srimanganti ini menggunakan tegel kunci bermotif flora berukuran 20 cm x 20 cm.

Permukaan lantai di bawah atap brunjung dan penanggap rata dalam satu bidang (jerambah) dan lebih tinggi 35 cm dari lantai di bawah atap emper ( jogan).

Namun permukaan lantai di bawah atap emper pada bagian selatan tepat di tengah sepanjang 7,27 m telah ditinggikan menyamai permukaan jerambah.

Tepat di sisi utara peninggian lantai jogan ini, yaitu di tengah permukaan lantai di bawah atap penanggap bagian selatan terdapat Gilang Palenggahan Dalem yang merupakan landasan tempat duduk sultan.

Tepat di sisi utara bagian timur laut dan di sisi selatan bagian tenggara bangsal terdapat tambahan atap emper berupa tratag berbahan seng gelombang tebal disangga 3 tiang besi berdiameter 9 cm.

Masing-masing tratag ini berukuran panjang 8,5 m dan lebar 3 m. Permukaan lantai tratag ditutup conblock berada 45 cm di bawah permukaan lantai emper.

Di sekitar Bangsal Srimanganti terdapat bangunan lainnya seperti Bangsal Pacaosan dan Bangsal Bupati Nayaka.

Di sisi barat terdapat bangunan baru yang berfungsi sebagai kantor keamanan keraton.

Penari Beksan Dasakusuma berfoto di Bangsal Srimanganti. Beksan Dasakusuma merupakan Yasan Dalem (karya) Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10. Tari ini menggambarkan pertempuran antara Prabu Dasakusuma dan Panji Laleyankratonjogja.id Penari Beksan Dasakusuma berfoto di Bangsal Srimanganti. Beksan Dasakusuma merupakan Yasan Dalem (karya) Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10. Tari ini menggambarkan pertempuran antara Prabu Dasakusuma dan Panji Laleyan

Paket Wisata di Bangsal Srimanganti

Dilansir dari laman kratonjogja.id, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat melalui Kawedanan Hageng Punakawan Nitya Budaya dan Kawedanan Kridhamardawa membuka Paket Wisata Srimanganti.

Paket wisata ini memungkinkan masyarakat maupun wisatawan lokal dan mancanegara dapat menikmati pentas dan pagelaran yang dihelat di Bangsal Srimanganti.

Tiket untuk mengakses Paket Wisata Srimanganti dapat dibeli di Museum Kedhaton Keraton Yogyakarta yang berada di area Kamandhungan Lor (Plataran Keben).

Adapun jadwal pertunjukan dalam Paket Wisata Srimanganti dapat dilihat melalui akun media sosial Instagram @kratonjogja.event, dimana detail jadwal pementasan akan diunggah secara berkala.

Sumber:
jogjacagar.jogjaprov.go.id 
pariwisata.jogjakota.go.id 
kratonjogja.id 

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau