Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pilu Nenek Tukijah Petani Kacang Tolo Ditipu Kiai Gadungan, Cincin Ditukar Kerikil

Kompas.com, 13 Juni 2023, 20:40 WIB
Dani Julius Zebua,
Khairina

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com – Perempuan lanjut usia 75 tahun jadi korban penipuan modus tipu-tipu seseorang mengaku pemuka agama di Pedukuhan Dalangan, Kalurahan Triharjo, Kapanewon Wates, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Nenek bernama Mbah Tukijah kehilangan dua cincin emas, yakni yang tiga gram dan lima gram, akibat penipuan itu.

Ia mengaku rugi Rp 4.000.000.

“Dua cincin itu pemberian kedua anak saya,” kata Tukijah di rumahnya, Selasa (13/6/2023).

Baca juga: Cerita Petani di NTT, Jual 40 Sapi karena Ditipu Keponakannya, Sang Anak Dijanjikan Jadi Polwan

Tukijah petani yang hidup dari lahan pertanian di pekarangan sendiri. Ia menanam kacang tolo (kacang tunggak) di 500-an meter persegi pekarangan yang berada di tepi jalan aspal lebar.

Tukijah tengah memanen tolo ketika penipuan terjadi, Rabu (7/6/2023) sekitar pukul 09.30 WIB.

Awalnya, minibus kecil putih berhenti di depan pekarangan. Pemuda langsing tinggi turun dari mobil, menghampiri Tukijah yang sedang memanen kacang.

Ia bertanya arah Wates dan sebuah pesantren. Tukijah menunjukkan arah Wates, namun mengaku tidak tahu nama pesantren tersebut.

Pria itu menceritakan pada Tukijah, dirinya bersama seorang kiai dalam mobil. Menurut si pria, mereka berniat si kiai sedang sakit tiga tahun belakangan. Ia berniat mencari orangtua yang bisa bantu pengobatan.

Baca juga: Kasus Istri Polisi Ditipu Sesama Bhayangkari Dihentikan, Polres Gowa: Rekomendasi Polda Sulsel

Pria itu menawarkan Tukijah berkenalan dengan si kiai. Tukijah tidak menolak. Ia bahkan diajak masuk mobil untuk berkenalan lebih dekat dengan kiai berpakaian gamis ini.  

“Orangnya gemuk, pakai peci, baju koko, umurnya setengah tua, mungkin 50 tahun. Dia sopan, baik sekali. Kiai itu ramah sekali,” kata Tukijah.

“Saya masuk dan mobil itu ditutup,” kata Tukijah.

Di dalam mobil, Tukijah seperti dicucuk hidung. Ia menerima Rp 50.000 pemberian si orang mengaku kiai. Lansia ini juga mengikuti apa saja kata-kata laki-laki setengah baya ini.  

Mulai dari menerima tisu, membungkus uang Rp 50.000 itu dan dua cincin di jari tengah pakai tisu tersebut, kemudian tisu dibungkus plastik hitam. Si kiai kemudian berdoa sambil menggenggam bungelah plastik hitam itu.   

Usai berdoa, plastik hitam diserahkan ke Tukijah. Nenek mungil itu lalu keluar dari mobil dan kembali ke rumah. Orang yang dipanggil kiai itu mengatakan, Tukijah sebaiknya shalat sebelum membuka bungkusan hitam ini. Para pelaku lantas pergi.

Tukijah baru sadar setelah masuk rumah. Tisu yang digenggamnya terasa berat. Penasaran, ia membuka tisu dan mendapati lima batu kerikil dalam tisu.

“Saya tidak sempat lihat kejadiannya. Tapi, saya dengar kakak saya menangis, saya datangi dan mendapati dia menangis. Dia cerita baru saja kena tipu. Saya berharap pelaku segera tertangkap agar cincin itu kembali dan pelaku menerima ganjaran yang setimpal,” kata Selam (70) adik dari Tukijah.

Mbah Tukijah mengaku dadanya sesak setiap kali  mengingat peristiwa ini. Pasalnya, kehilangan yang dialami jauh melampaui penghasilan yang bisa ia dapat dari bekerja keras di ladang.

Tukijah bercerita, dirinya bisa panen 15 kilogram kacang tolo dalam tiga bulan sekali. Bila harga kacang tolo sedang baik, ia bisa memperoleh Rp 15.000 – 20.000 per kilogram. Ia juga menerima hasil dari penjualan kelapa di pekarangan sekitar Rp 150.000 setiap dua bulan dan sesekali Rp 50.000 dari menjual satu ekor ayam yang sudah besar.   

Ia mengaku sedih mengingat nilai kehilangan barang itu jauh melebihi penghasilannya selama ini. Terlebih bila mengingat kedua cincin merupakan pemberian kedua anaknya yang berada di tempat jauh. Satu anak ikut suami bekerja di perkebunan sawit di Kalimantan Timur dan satu lagi di Jakarta.

Cincin jadi pengingat kedua anaknya selalu dekat dengan dirinya.

“Maka saya sangat berharap cincin itu kembali ke saya, kalau pun sudah tidak ada, saya akan anggap sodaqoh,” kata Tukijah.

Mereka melaporkan peristiwa ini Senin (12/6/2023). Polisi masih menyelidiki kasus ini. Polisi telah meminta keterangan korban, hingga mengumpulkan CCTV.

“Kasus ini dan pelaku masih dalam penyelidikan polisi,” kata Kepala Seksi Hubungan Masyarakat (Kasi Humas) Kepolisian Resor Kulon Progo, Iptu Triatmi Noviartuti (Novi).

Kasi Humas Novi menambahkan,  warga mesti belajar dari peristiwa yang dialami Tukijah. Warga mesti lebih berhati-hati dan tidak mudah percaya dengan orang baru dikenal. Ini demi menghindari terjadinya korban penipuan.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau