Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Gunungan pada Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta

Kompas.com - 20/04/2023, 23:07 WIB
Puspasari Setyaningrum

Editor

KOMPAS.com - Garebeg Syawal atau Grebeg Syawal adalah salah satu upacara penting di Keraton Yogyakarta yang dilakukan pada tanggal 1 Syawal atau di Hari Raya Idul Fitri.

Perhelatan Grebeg Syawal menjadi salah satu upacara kerajaan yang melibatkan seisi keaton, aparat kerajaan, dan terbuka bagi seluruh lapisan masyarakat.

Baca juga: Grebeg Syawal di Keraton Yogyakarta Digelar Lagi, Masyarakat Boleh Rebutan Gunungan

Dilansir dari laman kratonjogja.id, sebutan Garebeg atau Grebeg memiliki arti diiringi atau diantar oleh orang banyak yang merujuk pada iring-iringan para prajurit dan Abdi Dalem dalam membawa gunungan dari keraton menuju Masjid Gedhe.

Namun ada pula pendapat yang menyebut istilah Garebeg atau Grebeg berasal dari kata “gumrebeg” yang mengacu kepada deru angin atau keramaian yang ditimbulkan pada saat berlangsungnya upacara tersebut.

Baca juga: Grebeg Syawal, Tradisi Lebaran di Keraton Yogyakarta: Sejarah, Jumlah Gunungan, dan Pelaksanaan

Salah satu daya tarik dari tradisi Grebeg Syawal adalah munculnya tujuh gunungan yang nantinya akan dirayah atau diperebutkan isinya.

Baca juga: 10 Nama Bregada Prajurit Keraton Yogyakarta

Nama Gunungan pada Tradisi Grebeg Syawal di Keraton Yogyakarta

Pelaksanaan tradisi Grebeg Syawal di Keraton Yogyakarta akan dihelat lengkap dengan munculnya tujuh buah gunungan.

Tujuh gunungan pada tradisi Grebeg Syawal yang terdiri dari gunungan jaler/kakung sebanyak 3 buah, serta gunungan wadon/estri, gunungan darat, gunungan gepak, dan gunungan pawuhan yang masing-masing berjumlah 1 buah.

Dilansir dari akun Instagram @humasjogja, berikut penjelasan lima jenis gunungan Grebeg Syawal di Keraton Yogyakarta.

1. Gunungan Jaler/Gunungan Kakung

Sesuai namanya, Gunungan Jaler atau Gunungan Kakung melambangkan sifat pria ksatria Jawa.

Gunungan Kakung berbentuk kerucut yang tinggi menjulang, dengan kerangka terbuat dari besi.

Pada bagian atas terdiri dari mustaka yang dibuat dari baderan, kue dari tepung beras yang dibentuk seperti ikan bader (ikan tawes) berjumlah lima buah dan ditancapkan di puncak gunungan.

Di bawah baderan terdapat bendul, sangsangan, dengul, pelokan, dan tangkilan kacang.

Bendul yaitu kue yang terbuat dari tepung beras berbentuk bola kecil berwarna coklat.

Kemudian ada sangsangan atau rangkaian telur asin yang berbentuk melingkar seperti kalung.

Pada bagian tubuh diberi tangkilan kacang sampai ke bawah, dan paling bawah diberi pelokan, yaitu berupa telur dadar.

Tangkilan kacang adalah rangkaian yang terdiri dari kacang panjang, cabai merah, cabai hijau, dan kucu, yang semuanya diikat dan diberi tangkai.

2. Gunungan Estri/Gunungan Wadon

Gunungan Estri atau Gunungan Wadon melambangkan seorang wanita Jawa.

Gunungan Estri berbentuk seperti bokor yang bagian dasar lebih kecil daripada bagian tengah gunungan, dengan kerangka terbuat dari bambu.

Bagian atas gunungan disebut mustaka, dengan sebuah kue ketan berwarna hitam dengan bentuk seperti gunungan wayang kulit yang di sekitarnya dihiasi dengan ilat-ilatan yang berjumlah 60 buah.

Di bawah ilat-ilatan diletakkan upil-upilan yang berwarna-warni, kemudian tlapukan beraneka warna yang melingkari gunungan.

Di bagian bawah tlapukan disusun rengginan sampai memenuhi kerucut bagian atas tersebut.

Untuk menambah nilai keindahan pada bagian atas dari gunungan estri tersebut ditambahkan betetan dan ole-ole.

Pada bagian tubuh gunungan estri seluruhnya dibalut menggunakan kulit pohon pisang yang disusun melingkar tegak.

Kemudian bagian luar dari kulit pohon pisang dihiasi dengan eblek dan tedeng yang disusun menggantung.

Di bagian dasar gunungan diletakkan wajik sebakul hingga penuh dan menutupi area tersebut.

3. Gunungan Dharat

Gunungan Dharat merupakan simbol dari dunia beserta isinya.

Gunungan Dharat memiliki bentuk menyerupai Gunungan Estri, namun mustakanya tidak berwarna hitam dan ilat-ilatnya ada juga yang berwarna-warni.

Mustaka dari Gunungan Dharat dikelilingi upil-upilan, yang di luarnya terdapat tlapukan bintang yatu ketan berbentuk bintang beraneka warna.

Bedanya pada gunungan darat tidak diletakkan di jodang, tidak berwarna hitam melainkan merah.

Ilat-ilatan juga tidak berwarna hitam melainkan berwarna-warni meliputi lima warna, yaitu: hitam, putih, merah, kuning, dan hijau.

Di luar lingkaran tlapukan bintang diikuti dengan rengginang.

Baik tlapukan dan rengginang diberi satu buah kucu dan lima upil-upilan berbeda warna.

Untuk menghiasi gunungan darat diletakkan pula betetan sejumlah 18 buah, dan ole-ole 8 buah yang diletakkan di bagian atas.

4. Gunungan Gepak

Gunungan Gepak berbentuk keranjang-keranjang berisi lima jenis kue kecil seperti wajik, jadah, lemper, kue bolu, dan bolu emprit.

Di atas tumpukannya akan diberi buah-buahan, dengan tiap jenis buah terdiri dari dua biji berpasangan sebagai satu jodoh.

Berbagai jenis buah-buahan yang digunakan, seperti jeruk, pisang, nanas, pepaya, rambutan, salak, duku, langsep, dan jambu.

Ada pula aneka macam pala kependhem antara lain: ubi kayu, ubi jalar, gembili, gadung, kentang, dan suwek.

Semua makanan tersebut dimasukkan ke dalam jodang dan dibawa ke masjid untuk diberikan kepada para petugas yang terlibat dalam upacara grebeg.

5. Gunungan Pawuhan

Nama Gunungan Pawuhan berasal dari kata uwuh yang berarti sampah, karena gunungan ini terbuat dari sisa bahan gunungan yang lain.

Munculnya Gunungan Pawuhan dimaksudkan agar tidak ada sisa bahan yang terbuang percuma.

Gunungan Pawuhan memiliki bentuk seperti Gunungan Estri dan Gunungan Dharat, dengan rangka terbuat dari bambu.

Walau begitu, Gunungan Pawuhan memiliki ukuran lebih kecil dan bagian atasnya diganti dengan bendera putih sebagai pengganti mustaka.

Arak-arakan Gunungan pada Tradisi Grebeg Syawal di Keraton Yogyakarta

Lebih lanjut, ketujuh gunungan tersebut akan diusung oleh para abdi dalem dan dikawal prajurit Bregodo dari Alun-alun Utara Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat menuju tiga tempat.

Lima gunungan akan dibawa ke Masjid Gedhe Kauman, satu dibawa ke Pura Pakualaman, dan satu lagi dibawa ke Kantor Kepatihan.

Gunungan akan diarak dari Alun-alun Utara Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat menuju ke Masjid Gedhe Kauman, Pura Pakualaman, dan Kantor Kepatihan.

Gunungan yang telah diserahterimakan dan didoakan kemudian akan ibgikan kepada abdi dalem serta diperebutkan oleh masyarakat.

Dengan dibagikannya seluruh gunungan kepada masyarakat, maka berakhirlah upacara Grebeg Syawal di Keraton Yogyakarta.

Sumber:
kratonjogja.id  
kratonjogja.id  
dpad.jogjaprov.go.id  
Instagram @humasjogja 
kompas.com (Penulis : Kontributor Yogyakarta, Wisang Setyo Pangaribowo, Editor : Anggara Wikan Prasetya)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pakai Jasa SPG, Penjual Hewan Kurban di Bantul Berhasil Jual Ratusan Ekor Kambing

Pakai Jasa SPG, Penjual Hewan Kurban di Bantul Berhasil Jual Ratusan Ekor Kambing

Yogyakarta
Diare Massal di Gunungkidul, Diduga karena Bakteri E Coli

Diare Massal di Gunungkidul, Diduga karena Bakteri E Coli

Yogyakarta
Maju Pilkada, Mantan Bupati Kulon Progo Ambil Formulir Penjaringan Bacabup di PDI-P

Maju Pilkada, Mantan Bupati Kulon Progo Ambil Formulir Penjaringan Bacabup di PDI-P

Yogyakarta
PAN Gunungkidul Usung Mahmud Ardi sebagai Bakal Calon Wakil Bupati

PAN Gunungkidul Usung Mahmud Ardi sebagai Bakal Calon Wakil Bupati

Yogyakarta
Gibran Janji Kawal Program di Solo Meski Tidak Menjabat Sebagai Wali Kota

Gibran Janji Kawal Program di Solo Meski Tidak Menjabat Sebagai Wali Kota

Yogyakarta
Awal Kemarau, Warga di Gunungkidul Mulai Beli Air Bersih Seharga Rp 170.000

Awal Kemarau, Warga di Gunungkidul Mulai Beli Air Bersih Seharga Rp 170.000

Yogyakarta
Persoalan Sampah di Yogyakarta Ditargetkan Kelar pada Juni 2024, Ini Solusinya...

Persoalan Sampah di Yogyakarta Ditargetkan Kelar pada Juni 2024, Ini Solusinya...

Yogyakarta
PPDB SMP Kota Yogyakarta 2024 Banyak Perubahan, Apa Saja?

PPDB SMP Kota Yogyakarta 2024 Banyak Perubahan, Apa Saja?

Yogyakarta
PPDB DIY, Standar Nilai Jalur Prestasi Diturunkan

PPDB DIY, Standar Nilai Jalur Prestasi Diturunkan

Yogyakarta
Golkar-PKB Koalisi di Pilkada Gunungkidul 2024, Sudah Ada Calon?

Golkar-PKB Koalisi di Pilkada Gunungkidul 2024, Sudah Ada Calon?

Yogyakarta
'Study Tour' Dilarang, GIPI DIY Khawatir Wisatawan Turun jika Pemerintah Tak Tegas

"Study Tour" Dilarang, GIPI DIY Khawatir Wisatawan Turun jika Pemerintah Tak Tegas

Yogyakarta
Jelang Idul Adha, Begini Cara Memilih Sapi Kurban Menurut Pakar UGM

Jelang Idul Adha, Begini Cara Memilih Sapi Kurban Menurut Pakar UGM

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Senin 20 Mei 2024, dan Besok : Cerah Berawan Sepanjang Hari

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Senin 20 Mei 2024, dan Besok : Cerah Berawan Sepanjang Hari

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Senin 20 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Senin 20 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Yogyakarta
Duka Keluarga Korban Pesawat Jatuh di BSD Serpong: Lebaran Kemarin Tak Sempat Pulang...

Duka Keluarga Korban Pesawat Jatuh di BSD Serpong: Lebaran Kemarin Tak Sempat Pulang...

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com