KOMPAS.com - Sebagai sebuah kerajaan, Keraton Yogyakarta memiliki kesatuan prajurit yang disebut dengan bregada.
Keberadaan prajurit di Keraton Yogyakarta tidak terlepas dari "Perang Mangkubumen" yaitu perang antara Pangeran Mangkubumi melawan VOC (1746-1755) yang berakhir dengan disepakatinya Perjanjian Giyanti.
Baca juga: Mengenal Paes Ageng, Riasan Pengantin Khas Putri Keraton Yogyakarta
Kesatuan-kesatuan prajurit yang berperang dalam Perang Mangkubumen itulah yang kemudian menjadi cikal bakal prajurit Keraton Yogyakarta.
Fungsi prajurit Keraton Yogyakarta semula difungsikan sebagai penjaga keamanan dan kedaulatan.
Baca juga: Ragam Motif Batik Larangan di Keraton Yogyakarta dan Surakarta, Tidak Boleh Dipakai Sembarangan
Namun setelah perang berakhir, bregada difungsikan untuk melengkapi acara-acara kebudayaan Keraton yang dipertahankan hingga hari ini.
Fungsi prajurit keraton yang sebelumnya bertugas sebagai kesatuan militer kini telah berubah menjadi pengawal kebudayaan.
Baca juga: Mengenal Gamelan Sekaten Keraton Yogyakarta, Kyai Guntur Madu dan Kyai Nogo Wilogo
Dilansir dari laman kratonjogja.id, terdapat 10 bregada yang ditempatkan di bawah kepengurusan Tepas Kaprajuritan.
Nama-nama bregada prajurit Keraton Yogyakarta yakni Bregada Bugis, Bregada Surakarsa, Bregada Dhaeng, Bregada Wirabraja, Bregada Patangpuluh, Bregada Jagakarya, Bregada Prawiratama, Bregada Nyutra, Bregada Ketanggung, dan Bregada Mantrijero.
Berikut adalah penjelasan dari tiap bregada yang ada di Keraton Yogyakarta.
Bregada Bugis awalnya merupakan prajurit yang berasal dari Bugis, Sulawesi. Namun kini tidak ada lagi orang Bugis dalam bregada ini.
Bregada Bugis memiliki klebet (panji-panji/bendera) bernama Wulan-dadari, yang berbentuk empat persegi panjang dengan warna dasar hitam dan di tengahnya terdapat lingkaran dengan warna kuning emas.
Wulan-dadari bermakna sebagai pasukan yang diharapkan selalu memberi penerangan dalam gelap.
Seragam Prajurit Bugis dominan berwarna hitam dengan aksesoris topi tinggi berbentuk silindris.
Senjata Prajurit Bugis adalah tombak (waos), dengan tombak pusakanya bernama Kanjeng Kiai Trisula dengan bentuk ujung (dapur) yang juga dinamakan Trisula.
Dalam upacara Garebeg, Bregada Bugis bertugas sebagai pengawal gunungan yang dibawa menuju Kepatihan.
Pada saat berjalan, Prajurit Bugis akan diiringi dengan Gendhing Sandung Liwung.
Bregada Surakarsa awalnya merupakan prajurit yang bertugas menjaga keselamatan Adipati Anom (Putra Mahkota).
Klebet Bregada Surakarsa adalah Pareanom, berbentuk empat persegi panjang dengan warna dasar hijau yang di tengahnya terdapat lingkaran dengan warna kuning.
Pareanom bermakna sebagai pasukan yang selalu bersemangat dengan jiwa muda.
Senjata Prajurit Surakarsa adalah tombak (waos), dengan tombak pusakanya bernama Kanjeng Kiai Nenggala dengan bentuk ujung (dapur) yang dinamakan Banyak Angrem.
Dalam upacara Garebeg, Bregada Surakarsa bertugas mengawal gunungan yang dibawa ke Masjid Gedhe.
Pada saat berjalan, Prajurit Surakarsa akan diiringi dengan Gendhing Plangkenan.
Bregada Wirabraja secara filosofis merupakan prajurit yang sangat berani dan tajam panca inderanya.
Klebet Bregada Wirabraja adalah Gula-klapa yang berbentuk empat persegi panjang dengan warna dasar putih yang pada setiap sudut dihias dengan chentung berwarna merah seperti ujung cabai merah (Kuku Bima) dan di tengahnya terdapat segi empat berwarna merah dan segi delapan berwarna putih pada bagian dalamnya.
Gula-klapa bermakna sebagai pasukan yang berani membela kesucian dan kebenaran.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.