Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berikut Rangkaian Prosesi Adat Pernikahan Kaesang dan Erina Usai Akad Nikah

Kompas.com, 6 Desember 2022, 21:42 WIB
Wisang Seto Pangaribowo,
Dita Angga Rusiana

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Prosesi akad nikah Putra Bungsu Presiden Joko Widodo (Jokowi) Kaesang Pangarep dengan Erina Gudono menggunakan adat Yogyakarta. Dalam gelaran akad nikah terdapat rangkaian prosesi yang harus dijalani kedua mempelai.  

Owner Wedding Organizer (WO) Pengantin Production, Wigung Wratsangka menjelaskan rangkaian akad nikah akan dimulai dari penyerahan calon pengantin putra untuk kemudian menuju tempat duduk akad nikah. Lalu, Erina mendatangi meja akad nikah.

Setelah itu dilanjutkan dengan pemeriksaan rukun-rukun akad nikah calon pengantin putra oleh wali nikah dan saksi-saksi. Jika sudah dinyatakan lengkap, termasuk mahanya, maka akan dilaksanakan ijab kabul. Lalu dilanutkan dengan doa dan penyerahan cincin. 

"Penyerahan cincin sudah beda kelompok upacara. Kalau akad nikah itu religi. Sedangkan cincin upacara budaya dilakukan di pelaminan didampingi ayah dan ibu," jelas dia, Selasa (6/12/2022).

Baca juga: Setelah Menikah Kaesang dan Erina Pilih Tinggal di Jakarta

Setelah prosesi akad nikah akan dilanjutkan dengan upacara adat panggih dengan tradisi Yogyakarta. Dengan memilih upacara adat panggih Yogyakarta maka mengacu pada Keraton Yogyakarta.

Tetapi dalam upacara ini Wigung menegaskan terdapat perbedaan antara yang dilakukan oleh masyarakat dengan yang dilakukan oleh kerabat Keraton Yogyakarta.

"Ada perubahan dan perkembangan yang tentu berbeda dengan keraton karena ini yang menyelenggarakan masyarakat umum," ujar dia.

Wigung menjelaskan upacara budaya panggih pengantin dalam tradisi adat pengangin Yogyakarta dimulai dengan penyerahan pisang sanggan.

Pisang sanggan memiliki arti sebagai simbol permohonan agar kedua mempelai dipertemukan dengan acara budaya.

"Peraganya kita mengacu pada keraton yaitu tetap pada keluarga mempelai putri. Sementara ini banyak masyarakat umum yang menyerahkan pisang sanggan itu dari pihak putra. Tetapi kalau kita mengacu pada keraton maka sepenuhnya wewenang menyelanggarakan upacara panggih itu ada di pihak putri. Sing kagungan kerso pihak putri (yang punya keinginan pihak putri). Oleh karena itu Pak Jokowi juga akan berada dalam posisi tamu dan berada di sebelah kiri pengantin," jelasnya.

"Jadi yang menyerahkan dari pihak putri pisang sanggan sebagai simbol kata, mohon pengantin putri dan pengantin putra dipertemukan dalam upacara panggih pengantin Yogyakarta," lanjutnya.

Pisang sanggan itu nantinya diserahkan ibu pengantin putri kepada putrinya yang lain. Hal ini dilakukan untuk menjemput pengantin putri. 

Setelah itu dilanjutkan dengan prosesi kembar mayang sebagai penanda pernikahan gadis dan perjaka.

Baca juga: Tamu Resepsi Pernikahan Kaesang-Erina Dilarang Pakai Batik Parang, Budayawan UNS Beri Penjelasan Begini

"Jadi kalau untuk gadis dan perjaka itu tandanya ada kembar mayang. Kalau pengantin Yogyakarta kembar mayangnya ketemu kemudian keluar semua," ungkapnya.

"Tapi kalau upacara panggih Surakarta kembar mayang dari nganten putri masuk. Kemudian kembar mayang penganten putra diterima masuk baru panggih itu bedanya," lanjutnya.

Setelah itu kedua mempelai saling mendekat. Dalam hal ini pengantrin putra membawa 4 gulungan daun sirih yang diikat benang putih. Sementara pengantin putri membawa 3 gulungan.

Dia mengatakan pengantin putra yang memulai dan mengakhiri pemeparan daun sirih tersebut.

"3 sebagai lambang ilmu, amal, dan iman. Manten putra tambah 1 dia punya kedudukan sebagai iman. Manten putra yang mengawali manten putra yang mengakhiri," kata dia.

Lalu dilanjutkan dengan prosesi ranupodo. Dalam hal ini pengantin putri akan membersikah kaki pengantin putra. Prosesi ini sebagai simbol bahwa suami adalah pemimpin keluarga. 

Air merupakan lambang hidup dan kehidupan. Sementara bunga setaman menjadi simbol agar langkah kedua mempelai selalu dalam keutamaan. 

"Kemudian nganten putri dibimbing berdiri. Kemudian ada upacara wiji dadi atau mecah tigan (memecah telur). Ini dari kata lahir, jodoh, dan mati itu adalah kuasa Tuhan, manusia hanya sekadar menjalani. Kemudian dipecah di nampan sebagai simbol agar kedua mempelai dikaruniai anak dan keturunan penyambung sejarah," urainya.

Baca juga: 11.420 Relawan Jokowi Bakal Hadiri Pernikahan Kaesang-Erina di Puro Mangkunegaran

Setelah itu upacara dilanjutkan dengan pengantin putri akan berjalan peradak sina searah jarum jam. Ini merupakan ritual dari jaman budaya-budaya nusantara yang lama. Kemudian berada di samping kirinya adalah pengantin putra.

Lalu diiringi oleh ibu Gudono dan Allen yang mewakili almarhum ayah Erina menuju ke pelaminan.

"Sampai di pelaminan ada upacara yang namanya bubak kawah ngunjuk rucat degan. Ini menandai mantu pertama juga merupakan sejarah Mataram. Di mana Ki Ageng Giring merelakan air kelapa muda kepada Ki Ageng Pamenahan. Sehingga KI Ageng Pamenahan punya putra Panembahan Senopati, Danang Sutowijoyo. Harapannya pernikahan ini menurunkan keturunan memiliki kelebihan baik," ujar dia.

Upacara dilanjutkan dengan tompo koyo. Dalam hal ini, pengantin putra menuangkan benih-benih dengan maksud benih suami hanya untuk istri, agar benih-benih bersemi berbuah kebahagiaan.

"Ada mata uang kecil atau receh, dengan makna tidak ada besar tanpa kecil,"

Upacara masih berlanjut dengan prosesi dlingo blenge empon-empon sebagai lambang kedua mempelai diberikan kesehatan kesejahteraan. Lalu tutup tedhak turun, bunga setaman juga disiapkan dengan makna selalu dalam sikap kautaman.

Baca juga: Menilik Aturan Resepsi Pernikahan Kaesang-Erina di Solo, Tak Menerima Sumbangan, hingga Tamu Diminta Tak Pakai Batik Parang Lereng

"Semuanya diterima istri tidak ada yang tercecer. Diikat diserahkan kepada ibu karena kemudian kita tahu bahwa Bu Gudono yang dipercaya Tuhan melahirkan wanita yang ternyata akan menjadi pendaping hidup laki-laki yang dicintai," kata dia.

Kemudian upacara ndahar klimah. Yakni upacara makan nasi kuning. Nasi klimah hanya manten putri. Hal ini berbeda dengan adat Solo yang saling suap-suapan.

"Kalau manten Jogja, manten putra yang memberi, manten putri yang nikmati. Ndahar klimah ing kakung artinya patuh pada perintah suami. Kemudian sebagai lambang sandang pangan dan papan," urainya.

Setelah rangkaian selesai dilanjutkan dengan metuk (menjemput) besan.

"Bu Gudono dan Mas Alen akan menyambut Jokowi dan Ibu Iriana. Setelah disambut diantar ke tempat duduk besan posisi kiri pengantin. Lalu sungkem. Sungkemnya diawali dengan manten putra diikuti manten putri sungkem Bu gudono Mas Alen, Pak Jokowi dan Bu Irina," katanya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Penyu Lekang Terdampar Lemas di Pantai Glagah, Satlinmas: Kurus, Berenangnya Tak Normal
Penyu Lekang Terdampar Lemas di Pantai Glagah, Satlinmas: Kurus, Berenangnya Tak Normal
Yogyakarta
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau