Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga di Gancahan Sleman Temukan Benda yang Diduga Yoni dan Dudukan Arca

Kompas.com, 4 November 2022, 15:25 WIB
Wijaya Kusuma,
Dita Angga Rusiana

Tim Redaksi

YOGYAKARTA,KOMPAS.com - Warga Gancahan VI Sidomulyo, Kapanewon Godean, Kabupaten Sleman melapor ke Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) DI Yogyakarta terkait adanya dua benda bersejarah.

Laporan itu, ditindaklanjuti oleh BPCB DIY dengan mendatangi lokasi dan melakukan pendataan.

"Kami ke sini dan bertemu dengan Pak Dukuh Gancahan VI dan Pak Farid selaku yang melaporkan, ternyata ada dua objek," ujar Arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) DI Yogyakarta Jusman Mahmud saat ditemui di Gancahan VI, Sidomulyo, Godean, Sleman, Jumat (4/11/2022).

Baca juga: Benda-Benda Bersejarah Ditemukan di Situs Srigading, dari Fragmen Relief hingga Arca

Jusman menyampaikan dari hasil pengecekan, dua objek tersebut belum masuk dalam data BPCB DIY. Sehingga pihaknya datang ke lokasi untuk survei sekaligus melakukan pendataan, memberikan nomer inventarisasi.

Lebih lanjut Juman menjelaskan, dua objek di Gancahan VI merupakan temuan lepas. Artinya sudah tidak ditemukan konteks aslinya. Ada kemungkinan dua temuan tersebut sudah tertransformasi atau sudah berpindah dari tempat aslinya.

"Jenisnya yang pertama ada kemungkinan itu Yoni. Meskipun demikian sudah ada jejak-jejak pemanfaatan ulang. Terutama dibagian tengahnya dibolongi lagi diperluas dan itu seperti dimanfaatkan sebagai lesung untuk menumbuk padi," ucapnya.

Jusman mengungkapkan untuk temuan kedua belum bisa memastikan jenisnya. Namun ada indikasi seperti tempat dudukan arca.

"Ditemuan kedua kita belum bisa memastikan apa. Tetapi ada indikasi seperti tempat dudukan arca. Meskipun bisa juga itu sebagai umpak," tuturnya.

Sama halnya yang pertama, di temuan yang kedua juga didapati adanya jejak pemanfaatan ulang.

" Di temuan ke dua ini kita bisa menemukan jejak penggunaan kedua, atau masyarakat setelahnya itu menggunakan kembali. Dia melakukan perubahan terutama di bagian tengah dan difungsikan sama, sebagai lesung juga," ucapnya.

Terkait dengan usia, Jusman belum bisa memastikan. Sebab dua benda ini merupakan temuan lepas yang tidak ada konteksnya.

"Tetapi kalau itu kita asumsikan bahwa itu adalah Yoni dan lapik arca ya, ada kemungkinan bahwa itu temuan-temuan dari era klasik. Kita tahu era klasik atau Hindu Budha di Jawa bagian tengah terutama di Yogya dan Jawa Tengah itu berkisar antara abad ke VII sampai X masehi," jelasnya.

Jusman mengungkapkan tidak mengetahui bagaimana dua objek tersebut bisa sampai ke lokasi yang sekarang. Namun didapati fakta bahwa dua objek tersebut ditemukan di pekarangan rumah tokoh-tokoh masyarakat jaman dulu.

Jika melihat khususnya di era kolonial, orang-orang Belanda terutama banyak membawa temuan-temuan klasik di candi-candi ke rumah dinas mereka. Benda-benda tersebut dimanfaatkan sebagai bagian untuk menghias rumah mereka. Selain itu, benda-benda dari candi juga ada yang dibawa misalnya ke pabrik gula.

Baca juga: Tempat Bersejarah Kampung Melayu Semarang Bakal Rampung Revitalisasi Bulan Agustus, Jadi Ikon Wisata Baru di Semarang

"Bisa jadi juga dalam konteks kedua temuan ini seperti itu, karena ditemukan di rumah tokoh-tokoh masyarakat. Jadi mungkin dulunya dibawa entah dari mana kemudian dijadikan sebagai, mungkin bagian dari regalia mereka," bebernya.

Halaman:


Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau