Salin Artikel

Warga di Gancahan Sleman Temukan Benda yang Diduga Yoni dan Dudukan Arca

Laporan itu, ditindaklanjuti oleh BPCB DIY dengan mendatangi lokasi dan melakukan pendataan.

"Kami ke sini dan bertemu dengan Pak Dukuh Gancahan VI dan Pak Farid selaku yang melaporkan, ternyata ada dua objek," ujar Arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) DI Yogyakarta Jusman Mahmud saat ditemui di Gancahan VI, Sidomulyo, Godean, Sleman, Jumat (4/11/2022).

Jusman menyampaikan dari hasil pengecekan, dua objek tersebut belum masuk dalam data BPCB DIY. Sehingga pihaknya datang ke lokasi untuk survei sekaligus melakukan pendataan, memberikan nomer inventarisasi.

Lebih lanjut Juman menjelaskan, dua objek di Gancahan VI merupakan temuan lepas. Artinya sudah tidak ditemukan konteks aslinya. Ada kemungkinan dua temuan tersebut sudah tertransformasi atau sudah berpindah dari tempat aslinya.

"Jenisnya yang pertama ada kemungkinan itu Yoni. Meskipun demikian sudah ada jejak-jejak pemanfaatan ulang. Terutama dibagian tengahnya dibolongi lagi diperluas dan itu seperti dimanfaatkan sebagai lesung untuk menumbuk padi," ucapnya.

Jusman mengungkapkan untuk temuan kedua belum bisa memastikan jenisnya. Namun ada indikasi seperti tempat dudukan arca.

Sama halnya yang pertama, di temuan yang kedua juga didapati adanya jejak pemanfaatan ulang.

" Di temuan ke dua ini kita bisa menemukan jejak penggunaan kedua, atau masyarakat setelahnya itu menggunakan kembali. Dia melakukan perubahan terutama di bagian tengah dan difungsikan sama, sebagai lesung juga," ucapnya.

Terkait dengan usia, Jusman belum bisa memastikan. Sebab dua benda ini merupakan temuan lepas yang tidak ada konteksnya.

"Tetapi kalau itu kita asumsikan bahwa itu adalah Yoni dan lapik arca ya, ada kemungkinan bahwa itu temuan-temuan dari era klasik. Kita tahu era klasik atau Hindu Budha di Jawa bagian tengah terutama di Yogya dan Jawa Tengah itu berkisar antara abad ke VII sampai X masehi," jelasnya.

Jusman mengungkapkan tidak mengetahui bagaimana dua objek tersebut bisa sampai ke lokasi yang sekarang. Namun didapati fakta bahwa dua objek tersebut ditemukan di pekarangan rumah tokoh-tokoh masyarakat jaman dulu.

Jika melihat khususnya di era kolonial, orang-orang Belanda terutama banyak membawa temuan-temuan klasik di candi-candi ke rumah dinas mereka. Benda-benda tersebut dimanfaatkan sebagai bagian untuk menghias rumah mereka. Selain itu, benda-benda dari candi juga ada yang dibawa misalnya ke pabrik gula.

"Bisa jadi juga dalam konteks kedua temuan ini seperti itu, karena ditemukan di rumah tokoh-tokoh masyarakat. Jadi mungkin dulunya dibawa entah dari mana kemudian dijadikan sebagai, mungkin bagian dari regalia mereka," bebernya.

Jusman menuturkan belum pernah menemukan struktur bangunan candi di wilayah sekitar Gancahan VI. Namun kalau temuan lepas menurut Jusman cukup banyak.

"Saya juga baru mendapatkan informasi tadi di sekitar sini dulunya ada pabrik gula kecil ya, dan di sana katanya dulu memang banyak objek-objek klasik yang dibawa ke sana. Mungkin bagian dari taman ya pada waktu itu," urainya.

Setelah dilakukan pendataan, dua objek tersebut tidak dibawa ke BPCB DIY. Namun tetap berada di lokasinya saat ini.

"Kami akan menyimpan di sini, karena masyarakat mempunyai rencana untuk memanfaatkan untuk kepentingan saya dengar-dengar desa wisata. Tidak masalah selama itu tidak bertengangan prinsip-prinsip pelestarian cagar budaya," tegasnya.

Sementara itu Kepala Dukuh Gancahan VI Arif Setia Nugroho menambahkan objek pertama berada di RT 002 RW 012 Dusun Gancahan VI, Sidomulyo, Godean, Sleman.

Sedangkan objek kedua berada berada di RT 005 RW 014 Dusun Gancahan VI, Sidomulyo, Godean, Sleman. Kedua objek tersebut sama-sama berada di pekarangan warga.

"Sebenarnya sudah lama,Saya kecil dulu main di situ sudah ada, tapi kita belum tahu kalau itu ada nilai sejarahnya. Kalau lingkungan sini, khususnya yang sepuh-sepuh sudah tahu dari dulu," ucapnya.

Menurut keterangan yang didapat lanjut Arif objek tersebut dulunya berada di dalam rumah.

"Dulunya iya di dalam rumah, dari keluarga pun mengiyakan dari dalam rumah. Dulunya iya (rumah lurah) penyebutanya Mbah Lurah," pungkasnya.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/11/04/152517478/warga-di-gancahan-sleman-temukan-benda-yang-diduga-yoni-dan-dudukan-arca

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com