KOMPAS.com - Jika umumnya penulisan tahun dituliskan dengan angka, masyarakat Jawa mengenal cara penulisan tahun dengan menggunakan sengkalan.
Sengkalan adalah penanda waktu yang dituliskan dalam rangkaian kata, di mana setiap kata mewakili makna/filosofi dari sebuah bilangan atau angka.
Baca juga: Legenda Aji Saka dan Asal Usul Aksara Jawa
Rangkaian kata dalam sengkalan dibaca terbalik untuk mendapatkan bilangan tahun Çaka (Saka) yang dimaksud.
Baca juga: Mengenal Gamelan Sekaten Keraton Yogyakarta, Kyai Guntur Madu dan Kyai Nogo Wilogo
Sengkalan tidak hanya dimaknai sebagai penanda waktu, namun juga digunakan untuk menyampaikan semboyan, harapan, gambaran situasi, atau suasana batin atas peristiwa yang ditandai.
Baca juga: Songgo Buwono, Kuliner Ningrat dari Keraton Yogyakarta yang Penuh Filosofi
Dilansir dari laman kratonjogja.id, sejarah sengkalan diyakini dimulai bersamaan dengan masuknya perhitungan tahun Çaka (Saka) yang dibawa Aji Saka.
Merujuk pada teori ini, istilah sengkalan berasal dari kata Çakakala yaitu gabungan dari kata çaka dan kala, yang berarti perhitungan waktu menurut Çaka (tahun Çaka).
Penyebutan kata Çakakala kemudian berubah menjadi sakala, sebelum menjadi sengkala atau sengkalan seperti yang dikenal saat ini.
Sengkalan dibagi menjadi dua berdasar tahun peredarannya, yaitu suryasengkala dan candrasengkala.
Candrasengkala adalah sengkalan yang menunjukkan tahun berdasar peredaran bulan (Candra) yang merujuk pada tahun Jawa.
Sementara suryasengkala menunjukkan tahun berdasar peredaran matahari yang awalnya merujuk pada tahun Çaka. Namun karena tahun Çaka tidak lagi digunakan maka kini suryasengkala merujuk pada tahun Masehi.
Sengkalan juga dibagi berdasar bentuknya, yaitu sengkalan lamba dan sengkalan memet.
Sengkalan lamba (sederhana) bentuknya berupa rangkaian kata yang mewakili bilangan yang dikehendaki.
Sengkalan memet (rumit) bentuknya berupa berupa gambar, relief, ataupun patung yang mewakili filosofi dari bilangan tahun yang dimaksud.
Dilansir dari laman budaya.jogjaprov.go.id, watak bilangan digunakan untuk membuat dan mengartikan kata-kata dalam sengkalan.
Berikut ini adalah sebagian dari kata-kata yang digunakan sebagai watak bilangan dalam sengkalan.