KOMPAS.com - Ratusan karyawan Hotel Ibis dan Malioboro terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) mendadak setelah Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menunjuk manajemen baru untuk mengelola Ibis Hotel Malioboro dan Malioboro Mall.
Kondisi itu membuat para karyawan terpuruk dan terpukul. Alasannya, banyak karyawan yang menjadi tulang punggung keluarga.
Baca juga: 6 Fakta PHK Massal di Hotel Ibis dan Mal Malioboro, Pemda DIY Sebut Tak Ambil Alih
"Jadi di saat harus dadakan seperti ini maka pikiran kita yang pasti kita down. Kedua nanti kacaukan, rencana-rencana akan hilang begitu saja," jelas Sutopan Basuki (51), Perwakilan Serikat Pekerja Mandiri Ibis Malioboro Yogyakarta, Selasa (13/9/2022).
Menurut Topan, sapaan akrabnya, banyak karyawan tidak siap dengan keputusan PHK tersebut.
"Pengambilalihan Hotel Ibis Malioboro dan Mall Malioboro ini bagi kami karyawan semua merupakan suatu keprihatinan yang luar biasa, karena memang kita menganggap suatu hal yang tiba-tiba," ujarnya saat ditemui di Hotel Novotel Yogyakarta.
Menurut Topan, hari ini ada 100 karyawan hotel yang menandatangani surat pemutusan hubungan kerja (PHK).
Baca juga: Periksa Oknum TNI Tersangka Kasus Mutilasi di Mimika, Komnas HAM: Biar Terang Benderang
Rencananya, untuk karyawan Malioboro Mall lebih kurang ada 140 karyawan yang besok akan menandatangani surat PHK.
"PHK semuanya per hari ini, yang untuk Malioboro Mall itu penandatanganannya di besok, untuk Ibis Malioboro hari ini," ujarnya.
Penjelasan Sri Sultan HB X
Sementara itu, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan, proses serah terima Hotel Ibis kepada Pemerintah DIY sudah sesuai kesepakatan.
"Sehingga, dengan kepemilikan itu kita punya negosiasi berbeda. Kita sewakan atau kita kerja samakan kira-kira begitu," ujar Sultan.
Namun demikian, Sri Sultan juga pastikan bahwa pihaknya tidak akan menutup Malioboro Mall selama perpindahan manajemen lama ke manajemen baru itu.
Alasannya, kata Sri Sultan, jika nanti ditutup maka kegiatan jual beli akan terhambat.
"Kalau ditutup punya konsekuensi orang tidak bisa jualan di dalam mal. Kan tidak berganti orang hanya manajemennya yang berganti, sehingga tidak akan kita tutup," katanya.
(Penulis : Kontributor Yogyakarta, Wisang Seto Pangaribowo | Editor : Ardi Priyatno Utomo)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.