"Makanya sebelum ada seleksi ini, kemarin kan ada merdeka belajar. Kemungkinan untuk magang dimana-mana. Itu kan itu maksudnya seperti itu. Sebetulnya sama, dosennya pun harus melihat lintas. Jadi tidak hanya silo di tempatnya sendiri, supaya lebih sensitif dan lebih applicable di lapangan dalam menjawab tantangan-tantangan problem di lapangan," tuturnya.
Selain itu, dalam menilai suatu keberhasilan seorang anak itu tidak selalu dikaitan dengan hasil skor akademik yang dapat.
"Jadi dia kemungkinan untuk berhasil melewati rintangan itu seberapa. Makanya yang diambil adalah tes skolastik, bukan matematika berapa, karena itu sangat relatif," tandasnya.
Tes tersebut, lanjut Ova, sangat bagus diterapkan. Sebab orang dituntut untuk berfikir dalam menjawab pertanyaan.
"Saya malah justru bagus banget bahwa dia nanti akan banyak pertanyaannya, adalah pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya kognitif. Kalau misalnya dia tesnya begitu. Kan tesnya banyak kognitif. Jadi pertanyaan logika, pertanyaan yang orang itu harus berpikir, bukan hanya menghapalkan rumus," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.