Salin Artikel

Sistem Seleksi Masuk PTN Berubah, Ini Tanggapan Rektor UGM

Perubahan sistem itu terjadi pada Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2023. Dalam hal ini, tes untuk mata pelajaran dihapuskan.

Dalam aturan baru tersebut, siswa sekolah menengah ke atas bisa memilih jurusan sesuai minat dan bakat.

Menanggapi hal tersebut Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof. Ova Emilia mengatakan setiap kebijakan yang diambil tentu sudah melalui kajian-kajian.

"Kalau saya melihatnya husnudzon ya. Maksudnya gini, bahwa suatu kebijakan itu tentu ada kajiannya. Kajian dari apa yang existing terjadi dan itu kan pasti untuk perbaikan," katanya, Jumat (9/9/2022).

Dia pun menanggapi positif skema baru seleksi masuk perguruan tinggi negeri untuk tahun 2023. Ova meyakini skema tersebut untuk menjadi lebih baik ke depan.

"Jadi ini saya kira sangat menarik kok ini nanti. Dinamika yang akan ada ke depannya. Tapi saya yakin ini untuk lebih bagus kok," ungkapnya.

Di sisi lain, sistem ini juga menjadi tantangan bagi universitas untuk menyusun kurikulum.

"Jadi artinya untuk meramu ulang seperti apa. Tapi saya kira ya mereka kalau saya melihat pengkotak-kotakan sejak awal itu malah tidak mengembangkan daya ininya anak. Tapi dengan beginikan ini jadi lebih terbuka luas, orang-orang tidak dikotak-kotakkan," jelasnya. 

Lebih lanjut, Ova menyampaikan strata sarjana sebagai ahli tapi levelnya masih dasar. Dalam hal ini masih generik.

"Jadi generik itu artinya superficial. Jadi kalau misalnya seorang dokter nanti ya dokter umum, dan dokter umum itu bisa menjadi profesi apapun gitu ya. Jadi bukan hanya orang yang praktik," ungkapnya.

Misalnya, dokter ada yang di Puskesmas. Menurutnya seorang dokter juga perlu paham soal manajemen.

Kemudian ada dokter yang menjadi ahli di keuangan atau health economy. Sehingga bukan hanya belajar tentang dokternya saja tapi juga berhadapan dengan ilmu lain.

"Dia yang berperan sebagai promosi kesehatan, promotor kesehatan. Dia tentunya bukan di situ sebagai dokter tapi dia juga memahami ilmu lain. Komunikasi, bagaimana advokasi publik dan segala macam. Jadi artinya pada level itu, itu memang sifatnya masih generik," ucapnya.

Menurutnya, kebijakan Mendikbudristek Nadiem Makarim terkait pendidikan dasar dan menengah agar tidak terkotak-kotak dan kaku. Tetapi dimungkinkan untuk orang itu dapat belajar hal-hal yang lain.

"Makanya sebelum ada seleksi ini, kemarin kan ada merdeka belajar. Kemungkinan untuk magang dimana-mana. Itu kan itu maksudnya seperti itu. Sebetulnya sama, dosennya pun harus melihat lintas. Jadi tidak hanya silo di tempatnya sendiri, supaya lebih sensitif dan lebih applicable di lapangan dalam menjawab tantangan-tantangan problem di lapangan," tuturnya.

Selain itu, dalam menilai suatu keberhasilan seorang anak itu tidak selalu dikaitan dengan hasil skor akademik yang dapat.

"Jadi dia kemungkinan untuk berhasil melewati rintangan itu seberapa. Makanya yang diambil adalah tes skolastik, bukan matematika berapa, karena itu sangat relatif," tandasnya.

Tes tersebut, lanjut Ova, sangat bagus diterapkan. Sebab orang dituntut untuk berfikir dalam menjawab pertanyaan.

"Saya malah justru bagus banget bahwa dia nanti akan banyak pertanyaannya, adalah pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya kognitif. Kalau misalnya dia tesnya begitu. Kan tesnya banyak kognitif. Jadi pertanyaan logika, pertanyaan yang orang itu harus berpikir, bukan hanya menghapalkan rumus," pungkasnya. 

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/09/09/213208878/sistem-seleksi-masuk-ptn-berubah-ini-tanggapan-rektor-ugm

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke