YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Jenazah Tri Fajar Firmansyah (23) korban salah sasaran keributan antara suporter Persis Solo dengan warga Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) diantarkan ribuan pendukung PSS Sleman.
"Teman-teman ikut mengantar, mungkin ribuan," ucap Perwakilan Brigata Curva Sud (BCS) yang merupakan wadah pendukung PSS Sleman, Zilfikar, Rabu (3/8/2022).
Tri Fajar merupakan pendukung PSS Sleman jadi korban salah sasaran pada keributan yang terjadi pada beberapa waktu lalu. Diduga keributan terjadi antara suporter Persis Solo dengan warga.
"Semoga husnul khotimah dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan," katanya.
Baca juga: Korban Salah Sasaran Kericuhan Suporter di Yogyakarta Meninggal, Ini Respons Gibran
Fikar sapaannya, menyampaikan, pihaknya tidak yakin bahwa pelaku penganiayaan Tri Fajar hanya 2 orang, lantaran jika melihat luka pada korban dibutuhkan lebih dari 2 orang untuk membuat luka seperti yang dialami Tri Fajar.
"Dari kami BCS ini harus diusut tuntas, enggak mungkin pelaku cuma 2 orang. Menurut informasi dari Polres kan 2 orang, ini kalau lihat lukanya saya yakin lebih dari 2 orang," bebernya.
Ia meminta kepada Polda DIY maupun Polres Sleman untuk mengusut kasus ini sampai tuntas.
Fikar juga meminta kepada para pendukung PSS Sleman untuk menahan emosi dan menyerahkan kasus ini kepada pihak kepolisian.
Sebelumnya, Wahyudi (59) yang merupakan ayah Tri Fajar mengatakan anaknya meninggal dunia di RSPAU Hardjolukito pada 14.10, Tri Fajar telah menjalani perawatan selama 8 hari di rumah sakit tersebut dengan kondisi tak sadarkan diri.
"Tidak sadar 8 hari, masuk malam Selasa (Senin 25 Juli) sampai Selasa kemarin belum sadar," katanya saat ditemui di runah duka, Rabu (2/8/2022).
Baca juga: Tukang Parkir Kritis, Jadi Korban Salah Sasaran Suporter di Yogyakarta
Ia menjelaskan bahwa putranya merupakan pendukung PSS Sleman, dan anaknya tidak mengetahui apa-apa terkait keributan yang melibatkan suporter dari Solo dengan warga.
Wahyudi mengungkapkan sebelum anaknya menjadi korban dalam keributan itu pada sore hari, dia sempat makan bersama sang anak.
Bahkan, pada saat itu, anaknya meminta disuapi makanan oleh ayahnya.
"Sore minta makan, jaluk dulang sama saya (minta suap sama saya)," katadia.
Setelah menyuapi anaknya, Wahyudi menjalankan shalat, lalu anaknya yakni Tri Fajar ditelepon rekan-rekannya dan diajak main.
Wahyudi juga meluruskan bahwa sang anak bukanlah tukang parkir tetapi sang anak sehari-harinya bekerja sebagai ojek online makanan. Saat kejadian anaknya kebetulan sedang berada di pasar modern tak jauh dari Babarsari.
"Anak saya tidak (tukang) parkir, biasanya cuma kerja Shopee. Sama teman-temannya cuma main, arang-arang (jarang-jarang) di Mirota (pasar modern) itu," jelas Wahyudi.
Tri Fajar merupakan anak terakhir dari 3 bersaudara diduga dikeroyok oleh sejumlah orang, Wahyudi sempat bercerita pada waktu kejadian anaknya sempat dua kali terjatuh.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.