YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Konflik antara monyet ekor panjang dengan manusia di Gunung Kidul, DI Yogyakarta, menjadi perhatian Dinas Pertanian dan Pangan (DPP).
Mereka meminta kepada warga supaya tidak membunuh primata tersebut, dan menyarankan antisipasi seperti membuat jaring, atau memberlakukan ronda untuk mencegah penjarahan.
"Antisipasi bisanya jalur monyet berjalan itu biasanya tetap dan diberi pembatas jaring. Selain itu ronda. Untuk antisipasi jangka pendek," kata Sekretaris Dinas Pertanian dan Pangan Raharjo Yuwono saat dihubungi wartawan, Jumat (15/7/2022).
Baca juga: Separuh Wilayah Gunungkidul Alami Konflik dengan Monyet Ekor Panjang
Selain itu, Raharjo juga menyarankan supaya petani memberikan suplai air dan makanan kepada para monyet ekor panjang agar tidak mengganggu pertanian.
Raharjo mengatakan, selama beberapa waktu warga menanam buah yang menjadi kesukaan monyet, seperti jambu dan duwet. Itulah yang membuat kawanan primata tersebut datang dan menjarah.
Meski begitu, dari koordinasi Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) DI Yogyakarta beberapa waktu lalu, monyet ekor panjang tidak boleh dimatikan.
BKSDA sudah mengusulkan kepada Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) supaya hewan itu populasinya dikurangi.
"Ada dua cara pengurangan populasi yakni dengan kebiri atau suntik mandul, dan ditangkap lalu dikirim ke luar negeri," kata Raharjo.
Raharjo menjelaskan, untuk opsi pertama melalui kebiri biayanya mahal. "Tetapi yang jelasnya bisa ke BKSDA," ujar dia.
Baca juga: Dinas Pertanian Gunungkidul Sering Terima Laporan Konflik Petani dan Monyet Ekor Panjang
Konflik antara monyet dengan manusia ini sudah terjadi di sembilan kapanewon di Gunungkidul.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.